KILAS DAERAH

Kilas Daerah Jawa Tengah

Warga Terdampak Bendungan Bener Wonosobo Apresiasi Peran Ganjar dalam Pembangunan Green Belt

Kompas.com - 19/08/2023, 19:24 WIB
Dwi NH,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketua Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto Aufa Mujtahid mengapresiasi peran Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dalam pembangunan green belt atau sabuk hijau di sekitar kawasan Bendungan Bener, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jateng.

Seperti diketahui, Ganjar telah mendorong masyarakat di kawasan tersebut, terutama tiga desa untuk ikut andil dalam pengelolaan sabuk hijau Bendungan Bener. Adapun tiga desa ini, yaitu Desa Gadingrejo, Burat, dan Bener di Kecamatan Kepil, Wonosobo.

Ketiga desa tersebut merupakan terdampak dari proyek strategis nasional (PSN) Bendung Bener yang memiliki luas lahan sekitar 50 hektar (ha).

Aufa menjelaskan, Bendungan Bener sebagai bendungan tertinggi di Asia Tenggara, nantinya akan menampung aliran air dari sodetan Sungai Bogowonto.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Kereta Api Bogowonto Vs Kontainer di Cirebon

Sungai tersebut, kata dia, berhulu di Gunung Sindoro yang mengalir melintasi Wonosobo hingga ke Purworejo, tempat Bendungan Bener dibangun.

"Nah, sabuk hijau atau green belt Bendungan Bener ini berada di wilayah Kecamatan Kepil, Wonosobo, yang meliputi ketiga desa tersebut. Pengelolaan green belt ini, kemudian dilakukan bersama dengan masyarakat," tutur Aufa dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (19/8/2023).

Ia mengungkapkan bahwa penyerahan pengelolaan sabuk hijau kepada warga tak lepas dari peran dan fasilitasi yang dilakukan Gubernur Ganjar Pranowo.

Perlu diketahui, penyerahan pengelolaan sabuk hijau oleh Balai Besar Wilayah Serayu Opak sebagai pemrakarsa bendungan kepada warga dilaksanakan pada 28 Desember 2022.

Baca juga: Ganjar Hadiahi Cak Imin “Love Bird” Merah-Hijau, Sekjen Gerindra: Tadinya Saya Mau Bawa Ayam Jago

"Terima kasih kepada Pak Ganjar karena dengan fasilitasi yang dilakukannya, lahan yang telah dibebaskan tapi tidak digenangi ini tetap bisa dikelola warga untuk pertanian, perkebunan, dan lainnya," ucap Aufa.

Untuk mengelola green belt, lanjut dia, Ganjar Pranowo membentuk Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto.

“Peran Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto sebagai entitas badan usaha yang menjadi pengelolanya, sedangkan Paguyuban Warga Kanigara menjadi organisasi penggeraknya,” imbuhnya.

Paguyuban Warga Kanigara sendiri beranggotakan warga dari tiga desa terdampak PSN Bendungan Bener.

Aufa berharap sabuk hijau di Bendungan Bener dapat menjadi objek wisata baru Wonosobo.

Baca juga: 15 Truk Kayu Sengon Hasil Penebangan Ilegal di Sabuk Hijau Waduk Jatibarang Dilarikan ke Batang

Dengan begitu, sebut dia, lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat akan semakin terbuka. Untuk diketahui, mayoritas masyarakat di kawasan ini adalah pekebun dan petani hutan rakyat

"Pak Ganjar juga mendorong instansi terkait untuk memfasilitasi pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan ekowisata, pertanian berkelanjutan, dan juga bantuan alat pertanian untuk kelompok tani (poktan). Terima kasih Pak Ganjar," tutur Aufa.

Festival Gendhing Bogowonto

Paguyuban Kanigara sukses menggelar Festival Gendhing Bogowonto dan panen perdana edamame.

Festival yang digelar selama empat hari itu menampilkan berbagai kegiatan seru yang dihelat dihelat oleh warga dari tiga desa.

Baca juga: TNI AU Bakal Atraksi di Langit Banyuwangi Saat Festival Gandrung Sewu

"Festival ini digelar selama empat hari, mulai 16 Agustus 2023 sampai 19 Agustus 2023. Festival Gendhing Bogowonto diawali dengan Larung Kali, yaitu kegiatan warga menyebar benih ikan dan melarung tumpeng berisi pakan ikan di aliran Sungai Bogowonto," kata Aufa Mujtahid selaku Ketua Panitia Festival Gendhing Bogowonto, Sabtu.

Aufa mengatakan, puncak acara Festival Gendhing Bogowonto menampilkan pertunjukan kesenian rakyat dan kirab dari ketiga desa terdampak.

Selain itu, kata dia, juga ada festival usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk mewadahi dan mengembangkan berbagai usaha rakyat yang ada di tiga desa terdampak.

"Harapannya, festival ini bisa menjadi pendongkrak ekonomi bagi warga," ucap Aufa.

Baca juga: Shopee Ungkap Peluang Cross-border Bantu UMKM Lokal Eksis di Pasar Ekonomi Global

Sebagai informasi, rombongan kirab dilepas oleh Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat dengan didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Kabupaten Wonosobo Agus Wibowo.

Sementara itu, acara kirab dipimpin oleh perwakilan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kawasan Perdesaan Kanigara Abdurrohman.

Di sela puncak acara Festival Gendhing Bogowonto juga dilaksanakan Ikrar Kanigara dan larung benih katentreman oleh tiga kepala desa (kades).

Dalam festival juga dilakukan panen perdana kedelai Jepang edamame, yang merupakan hasil panen dari tanaman budi daya hasil pelatihan yang diselenggarakan Balai Pelatihan Kerja (Balatker) Pertanian Provinsi Jateng.

Baca juga: 4 Oleh-oleh Khas Jember, Kopi hingga Edamame

Tanaman edamame tersebut ditanam di lahan bekas tanah kas desa berupa sawah dengan ukuran 7 ha sekitar tiga bulan yang lalu.

"Saat Festival Gendhing Bogowonto dilangsungkan, edamame ini menjadi makanan yang disajikan kepada para tamu undangan juga sekaligus dipasarkan dalam Bazar UMKM di lapangan Desa Bener, Kepil, Wonosobo," ujar Abdurrohman.  

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com