Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Sebatik, Kepala Desa Sei Pancang: Dokter Spesialis Hanya Ada Sebulan Sekali

Kompas.com - 19/08/2023, 10:48 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi

KEKURANGAN tenaga kesehatan. Itu adalah situasi yang dihadapi masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara. 

"Sekarang ini sudah ada RS Pratama di Sungai Tewan. Cuma, saya kira itu masih terbatas," kata Kepala Desa Sei Pancang, Sebatik, Kaharuddin, Kamis (17/8/2023).

Padahal, di sini ada Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sei Nyamuk. Desa Sei Pancang merupakan lokasi PLBN Sei Nyamuk di Pulau Sebatik. Walaupun, PLBN Sei Nyamuk hingga tulisan ini tayang belum juga diresmikan.

Baca juga: PLBN Sei Nyamuk, Calon Wajah Baru Perbatasan Indonesia-Malaysia

Menurut Kaharuddin, tenaga medis dan dokter spesialis masih sangat kurang di Sebatik. 

"Di RS Pratama pun belum ada spesialis yang standby di situ," ujar dia.

Kepala Desa Sei Pancang, Sebatik, Kaharuddin, saat ditemui usai upacara peringatan kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sei Nyamuk, Sebatik, Kalimantan Utara, Kamis (17/8/2023).KOMPAS.com/WASTI SAMARIA SIMANGUNSONG Kepala Desa Sei Pancang, Sebatik, Kaharuddin, saat ditemui usai upacara peringatan kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sei Nyamuk, Sebatik, Kalimantan Utara, Kamis (17/8/2023).

Meski ada rumah sakit, lanjut Kaharuddin, dokter spesialis hanya berkunjung sesekali. 

"Karena dokter spesialis di sini adanya dari Nunukan. Mereka datangnya berkala, enggak ada yang tetap. Berkala, ada yang sebulan sekali ada yang dua bulan sekali," tutur Kaharuddin.

Karenanya, warga yang sakit cukup parah harus dirujuk ke RS Nunukan.

"Kalau sudah masuk ke penyakit yang sedikit berat langsung dirujuk ke Nunukan. Tak usah jauh-jauh, DBD saja sudah dirujuk ke Nunukan," ujar dia.

Masalahnya, butuh waktu, perjalanan selama sekitar 2,5 jam untuk ke sana, termasuk lewat laut.

"Perjalanan dari sini, setengah jam itu baru sampai ke pangkalan pelabuhan (Pelabuhan Sebatik)," kata Kaharuddin memberikan gambaran.

Baca juga: Menapaki Sebatik, Tapal Batas NKRI di Leher Borneo

Setiba di Nunukan, dari pelabuhan ke RS pun masih jauh. 

"Jadi (pasien) yang tadi sekarat, dia bisa meninggal sebelum sampai," ungkap Kaharuddin.

Peresmian PLBN Sei Nyamuk sebagai wajah baru perbatasan Indonesia-Malaysia diharapkan turut membenahi situasi ini. 

"Kami berharap lingkungan sekitar PLBN khususnya desa Sei Pancang juga turut ditingkatkan," harap Kaharuddin.

Tak hanya tenaga medis, fasilitas kesehatan lain pun menurut dia butuh peningkatan.

"Mobil ambulans pun perlu penambahan, paling tidak satu lagi saja, gitu," sebut dia.

Baca juga: Rumah Dua Negara, Ikon Unik Pulau Sebatik

Saya, Wasti Samaria Simangunsong, jurnalis Kompas.com, meliput perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, sebagai bagian dari liputan khusus Merah Putih di Perbatasan, kolaborasi Kompas.com dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Bersama saya, lima jurnalis Kompas.com menyambangi lima kawasan PLBN yang berbeda di Indonesia untuk peliputan ini. Ikuti catatan dan kisah yang kami potret di lapangan, dalam liputan khusus Merah Putih di Perbatasan, yang mulai tayang sejak Selasa (15/8/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Dihentikan akibat Protes Kenaikan, Registrasi Mahasiswa Baru Unsoed Kembali Dibuka

Sempat Dihentikan akibat Protes Kenaikan, Registrasi Mahasiswa Baru Unsoed Kembali Dibuka

Regional
Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Regional
Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Regional
Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Regional
Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Regional
Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Regional
Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Regional
Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Regional
Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Regional
Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Regional
Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com