Menurut Ilham, di desa tersebut memang ada bidan pondok bersalin desa (polindes) dan jarak ke Puskesmas Entikong pun tidak begitu jauh. Bedanya, di kedua layanan itu masyarakat harus membayar.
“(Sementara) kami ikhlas saja membantu, selagi masih ada obatnya. Kalau habis pun kami bisa minta lagi,” ungkap Ilham.
Baca juga: Pesan Peringatan Kemerdekaan di Entikong: Perbatasan Harus Jadi Episentrum Ekonomi
Selain itu, perkampungan Dusun Panga tidak bisa dicapai dengan mobil. Akses penghubung ke sana dari pusat Desa Semanget hanyalah jembatan gantung. Ada Sungai Sekayam yang harus mereka seberangi melewati jembatan itu.
Karenanya, jika ada warga kampung dusun yang sakit keras dan harus dirujuk ke rumah sakit maka satu-satunya cara membawanya adalah dipikul dengan tandu.
“Jaraknya dari kampung ke jembatan gantung bisa mencapai 3-4 kilometer. Nanti setelah jembatan sudah bisa pakai mobil,” jelas Ilham.
Dari Pos Panga, kami melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda motor ke Pos Bantan di Desa Bungkang, Kecamatan Sekayam, Sanggau. Jarak kedua pos lebih dari 40 kilometer.
Perjalanan kali ini melalui Jalan Lintas Malindo, lalu masuk ke Pasar Balai Karangan, Sanggau. Kami kemudian diajak masuk ke perkampungan Dusun Bantan.
Komandan Pos Bantan Letda Sugeng mengatakan, mereka baru saja memberikan materi baris-berbaris kepada siswa dan siswi sekolah dasar setempat.
Menurut Sugeng, kegiatan tersebut dilakukan rutin di setiap akhir pekan. Sugeng mengaku senang dengan aktivitas itu karena anak-anak antusias mengikuti pelajaran tersebut.
“Kita mengajar anak-anak untuk baris berbaris sekaligus untuk membentuk kepribadian mereka,” kata Sugeng.
Tidak hanya itu, di sini ada anggota Pamtas yang ditugaskan khusus memberi mata pelajaran agama Islam di sekolah dasar tersebut. Anggota tersebur juga diminta mengajarkan membaca Alquran kepada siswa Muslim.
“Kadang kami (juga) diminta menggantikan guru yang berhalangan hadir,” ucap Sugeng.
Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia Batalyon Armed 16 Tumbak Kaputing Mayor Arm Andreas Prabowo Putro menambahkan, tugas pokok yang diberikan negara melalui Mabes TNI kepada Pamtas memang bukan hanya melakukan pengamanan perbatasan.
“Keberadaan kami di perbatasan ini semoga juga bisa mewakili negara, bahwa kita perhatian terhadap masyarakat perbatasan,” kaya Andreas.
Andreas mengaku telah memerintahkan seluruh prajuritnya untuk membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan. Misalnya, sebut dia, dengan memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, pangan, serta perbaikan sarana dan prasarana.