"Yang jelas kami sebagai pemilik kapal merasa dirugikan, karena sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat, aksesnya susah," pungkas Tambari.
Sebelumnya, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah Riswanto mengestimasikan kerugian akibat kebakaran puluhan kapal berukuran di atas 60 gross tonnage (GT) mencapai ratusan miliar rupiah.
Dari 52 kapal yang terbakar sebelumnya, sebagian besar sudah siap melaut dan sudah tersedia perbekalan termasuk solar dan lainnya. Jika dalam keadaan kosong satu kapal ditaksir seharga Rp 3 miliar.
"Nilai kerugian beda-beda. Kalau kapal di atas 60 GT belum ada perbekalan Rp 3 miliar. Kalau kita rata-ratakan kerugiannya Rp 4 miliar dikali 52 kapal itu sudah berapa ratus miliar," kata Riswanto, di Kantor KUD Karya Mina Kota Tegal, Rabu (16/8/2023).
Riswanto mengungkapkan, selain merugikan para pelaku usaha atau pemilik kapal, juga membuat para anak buah kapal (ABK) yang siap berlayar harus kehilangan pekerjaannya.
Baca juga: Polairud Polda Jateng: 52 Kapal Terbakar di Pelabuhan Jongor Tegal
"PR jangka pendek kita bagaimana agar bangkai kapal dibersihkan. Karena pemilik kapal masih syok belum bisa berikan keterangan yang kita butuhkan," kata Riswanto yang juga kehilangan 1 kapal dalam insiden kebakaran itu.
Riswanto berharap, insiden kebakaran yang sudah terjadi sampai tiga kali tidak akan pernah terjadi lagi. Diharapkan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) segera merealisasikan pengembangan pelabuhan.
"Yang paling penting jangka panjangnya ini gimana. Karena kebakaran sudah 3 kali. masa mau 4, 5 kali. Maka kita akan menuntut janji-janji KKP yang menyatakan akan ada pengembangan pelabuhan," pungkas Riswanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.