Adapun Blok B memiliki dua penampungan yang masing-masing berkapasitas 16 orang. Langit-langitnya dipasang jaring besi yang setiap malam dialiri listrik ketika masih dijadikan penjara.
"Jadi besi di langit-langit ini berlistrik setiap malam. Berani kabur, hangus tersetrum langsung," kata Robertus sambil memandu kami berkeliling.
Masih di Blok B terdapat juga dipan-dipan kayu yang dipakai sebagai alas tidur, serta tempat kecil di sudut ruangan untuk buang air besar.
Kembali ke Blok A, ada enam "sel tikus". Ini adalah sel yang hanya dapat diisi satu orang. Ukurannya tak lebih dari 2x2 meter persegi dengan dua lembar papan kayu sebagai tempat tidur.
"Dulu Bung Hatta sempat ditempatkan di sel isolasi ini, sel nomor 1, sebelum dipindah lagi," tutur Robertus
Setelah selesai berkeliling bekas penjara Bung Hatta, kami langsung bertolak ke sebuah rumah makan di Tanah Merah sebelum berangkat ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun.
Perjalanan ini merupakan bagian dari peliputan khusus Kompas.com bertajuk Merah Putih di Perbatasan, kolaborasi bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
Dari Tanah Merah, waktu tempuh ke PLBN Yetetkun sekitar empat jam. Jalanan naik turun dan berliku jadi rute yang harus dilintasi.
Perjalanan ini sempat tertunda karena ada aksi demonstrasi warga yang memblokir jalan menuju pos perbatasan. Semula, perjalanan ke PLBN Yetetkun dijadwalkan dimulai pada Rabu pagi.
Baca juga: Tertunda Menikmati PLBN Yetetkun Boven Digoel karena Akses Diblokade Warga
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Kombes (Pol) Ignatius Benny Prabowo, mengatakan, pemblokiran jalan itu merupakan unjuk rasa warga yang menuntut penyelesaian masalah kecelakaan lalu lintas di Distrik Mindiptana.
"Masyarakat menuntut penyelesaian kasus tabrak lari. Jadi sementara (jalan ke perbatasan ini) tidak bisa dilintasi, menunggu proses mediasi oleh Bupati Boven Digoel," lanjut Benny.
Selewat pukul enam petang, kepastian perjalanan akan berlanjut ke kompleks PLBN Yetetkun baru bisa didapat. Kami pun bersiap untuk menembus gelap malam menuju ke perbatasan Indonesia-Papua Nugini di titik tengah Pulau Cendrawasih.
Catatan perjalanan dan kisah dari perbatasan akan tersaji di Kompas.com dalam liputan khusus "Merah Putih di Perbatasan", yang mulai tayang pada Selasa (15/8/2023). Jangan ketinggalan....
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.