Baru sekitar pukul 12.00 WIT ada pesawat ATR tujuan Bandara Tanah Merah tersedia. Bus berkapasitas 30 orang menjemput para penumpang dari ruang tunggu untuk naik ke pesawat.
Sepanjang penerbangan dari Sentani, deru putaran baling-baling di bawah kedua sayap pesawat terdengar nyaring. Guncangan pun sangat terasa bahkan saat pesawat masih meluncur di landasan. Rasanya seperti mengendarai mobil di jalan berkerikil.
Pukul 12.25 WIT, pesawat baling-baling kami mengudara menuju Boven Digoel. Baru terbang sebentar, pesawat terasa bergoyang ke kiri dan kanan, seolah terbawa tiupan angin. Pesawat baru terasa stabil ketika berada di ketinggian 17.500 kaki, sekitar 500-an meter.
Hawa panas juga begitu terasa meski pesawat memiliki pendingin udara. Tak sedikit penumpang menjadikan secarik kertas sebagai kipas karena kegerahan di sepanjang perjalan.
Ada rasa takut yang tak bisa dimungkiri. Penerbangan dari Sentani ke Boven Digoel tak semulus penerbangan sebelumnya dari Bandara Soekarno Hatta ke Sentani. Sudah begitu, pengatur sandaran kursi pun tak berfungsi.
Namun, perasaan takut dan khawatir ini segera terbayar dengan pemandangan indah yang terhampar di luar jendela pesawat. Tebaran pulau kecil di lautan dan pegunungan menghijau di daratan Papua memenuhi pandangan.
Dalam benak Kompas.com, inilah tanah tempat Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan sejumlah tokoh pergerakan nasional pernah dibuang pada masa perjuangan kemerdekaan.
Di tanah ini mereka tak patah. Terbayang perjalanan panjang mereka menuju pembuangan, di masa pesawat terbang belumlah tersedia bagi kebanyakan orang.
Dengan sejejak kenangan itu, Kompas.com dan tim BNPP masih akan melanjutkan perjalanan dari Tanah Merah ke kawasan PLBN Yetetkun. Perjalanan menuju perbatasan Indonesia dan Papua Nugini ini kira-kira akan makan waktu empat jam lewat jalur darat.
Tunggu cerita perjalanan selanjutnya dari Papua Selatan, hingga puncak perayaan dan peringatan kemerdekaan di tepi batas Tanah Air, dalam liputan khusus Merah Putih di Perbatasan....
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.