Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pala, Primadona Rempah Halmahera Utara (Bagian 3)

Kompas.com - 06/08/2023, 09:19 WIB
Pythag Kurniati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

HALMAHERA UTARA, KOMPAS.com- "Kami ini hidup dari pala. Ada empat anak yang harus dibiayai," kata Jainudin Kambosa, warga Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.

Jainudin mengungkapkan, warga Desa Ngidiho di Halmahera Utara mayoritas memiliki kebun pala. Dalam satu kebun, setidaknya terdapat sekitar 50 pohon pala.

Baca juga: Rempah dan Strata Kebangsawanan Eropa (Bagian 1)

Jainudin biasa memanen kebunnya secara mingguan. Namun, ketika musim penghujan, panen pala tak sebagus biasanya.

Dalam seminggu Jainudin dan istrinya bisa mendapatkan uang minimal Rp 500.000 dari panen pala. Jumlah hasil panen pala tak selalu sama, tergantung kondisi cuaca.

"Untuk biaya empat anak yang semuanya bersekolah, ya cukup tidak cukup harus disyukuri," kata dia.

Baca juga: Benteng Tolukko, Saksi Bisu Perebutan Rempah di Maluku Utara (Bagian 2)

Kebun pala milik warga di Desa Ngidiho, Kabupaten Galela Barat, Halmahera Utara. Kebun pala milik warga di Desa Ngidiho, Kabupaten Galela Barat, Halmahera Utara.

Theo Djiko, warga Desa Pitu, Kecamatan Tobelo Tengah, Halmahera Utara bercerita, pohon-pohon pala yang dikelolanya saat ini adalah warisan dari orangtuanya.

"Bapak saya yang tanam sudah ada 28 tahun mungkin usianya (pohon)," tutur dia.

Pala di kebun Djiko dipanen setiap hari. Selanjutnya ada tengkulak yang datang untuk mengambil hasil panen.

Baca juga: Rumah Adat Sasadu, Warisan Budaya Suku Sahu di Halmahera Barat

"Biji pala dijual seharga Rp 85.000 per kilogram. Kalau salut bijinya (fuli) adalah bagian paling mahal, bisa sampai sekitar Rp 200.000 per kilogram," kata dia.

Kepala Desa Ngidiho Kamal Abdullah mengatakan, sebelum tahun 2003, desanya memiliki program satu kepala keluarga minimal harus menanam 50 pohon pala.

"Hampir sekitar 400 kepala keluarga memiliki pohon pala," katanya.

Tanaman pala milik warga di Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat, Halmahera Utara. Tanaman pala milik warga di Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat, Halmahera Utara.

Sejumlah keluarga memanen dengan cara menunggu buah pala yang jatuh. Beberapa lainnya memetik pala.

"Kalau 50 pohon kurang lebih bisa menghasilkan Rp 20 juta sesuai dengan usia palanya. Semakin tua kualitas palanya, semakin baik," ujar dia.

Warga setempat biasanya hanya memanfaatkan biji pala dan fulinya. Sedangkan buah dan kulit pala dibuang.

Mengenal pala

Salut biji atau fuli (berwarna merah) dan biji pala (kanan). Salut biji atau fuli (berwarna merah) dan biji pala (kanan).

Dosen Agroteknologi Universitas Halmahera Anang Mulyantana menjelaskan, tanaman pala bernama latin Myristica fragrans. Pohon pala memiliki masa belajar berbuah yaitu dari umur 3-4 tahun setelah pertama kali ditanam.

Pohon pala bisa masuk panen perdana di tahun kelima.

Pala terdiri dari biji pala, salut biji atau fuli, daging buah, serta kulit. Buah pala memiliki aroma yang khas.

Dalam satu bulan, kata dia, satu pohon bisa menghasilkan dua sampai lima kilogram biji pala.

"Kebanyakan warga memanen secara harian," kata dia.

Menurutnya, kualitas pala yang bagus didapat saat buah pala tersebut dipetik, bukan diambil usai jatuh ke tanah.

"Selanjutnya diperlukan proses pengeringan untuk menurunkan kadar air. Kadar air yang bagus adalah 14 sampai 16 persen," katanya.

Tak heran di Halmahera, banyak warga menjemur pala di depan rumah mereka.

Anang mengatakan, rasa pala yang ditanam di satu kecamatan dengan kecamatan lainnya bisa berbeda-beda.

"Hal ini berhubungan dengan kondisi tanahnya," ujarnya.

Pala, si primadona rempah

Tanaman pala yang sudah dipisahkan dari bijinya di Desa Ngidiho, Halmahera Utara. Tanaman pala yang sudah dipisahkan dari bijinya di Desa Ngidiho, Halmahera Utara.

Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, menjadi salah satu wilayah penghasil rempah, seperti pala dan cengkeh. Pala adalah primadonanya.

Menurut data Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, pada tahun 2023, tercatat ada 9.127 petani pala di Halmahera Utara. Dari jumlah itu, petani pala terbanyak berada di Kecamatan Galela Barat sejumlah 1.518 orang.

Disusul kemudian Kecamatan Malifut sebanyak 973 petani pala. Lalu Kecamatan Kao Utara, 767 orang dan Tobelo Barat 704 petani.

Sekretaris Daerah Halmahera Utara, Erasmus J. Papilaya saat membuka Festival Kala Hara, Kamis (4/8/2023) petang mengungkapkan, pala adalah komoditas unggulan di daerahnya.

"Di Halmahera ini ada yang namanya Pala Dukono (jenis pala). Nama Dukono diambil dari nama gunung api di sini. Pala ini sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Pertanian," kata dia.

Baca juga: Sejarah Banda Neira, Dulunya Pusat Pala di Dunia

Pala Dukono memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan pala jenis lainnya.

Pemerintah daerah menyambut baik berbagai penelitian mengenai pengembangan rempah.

Dia mengakui, pengembangan pala memang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak lantaran masyarakat masih belum bisa memanfaatkan secara optimal.

Dia berharap pengembangan pala bisa berujung pada peningkatan kesejahteraan warga dan peningkatan pendapatan daerah.

"Dengan mengantongi lisensi atau semacam hak paten baru kami bisa berharap rempah bisa mendatangkan pendapatan untuk kas daerah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com