Tujuan pemberontakan tersebut tidak lain untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Para pemberontak ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan paham komunis.
Pemberontakan PKI berhasil digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno
Muso, pemimpin Pemberotakan PKI Madiun, tewas ditembak dan tokoh-tokoh lainnya berhasil ditangkap.
Pemberontakan DI/TII atau Darul Islam/Tentara Islam Inonesia (DI/TII) terjadi pada tanggal 7 Agustus 1949 di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Pemberontakan tersebut bertujuan ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari'at Islam. Bahkan hal tersebut ditandai dengan didirikannya Negara Islam (NII).
Bangsa Indonesia membutuhkan waktu cukup lama untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Kartosuwiryo, tokoh Islam yang mempelopori pemberontakan DI/TII baru dapat ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.
Baca juga: Penerapan Pancasila sebagai Dasar Negara di Awal Kemerdekaan
APRA adalah milisi pro Belanda yang didirikan oleh Kapten KNIL, Raymond Westerling pada tanggal 15 Januari 1949.
Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan mempunyai tentara sendiri bagi negara-negara RIS.
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) merupakan peristiwa kudeta militer yang terjadi di Bandung pada tanggal 23 Januari 1950. APRA berhasil menduduki Bandung dan menguasai markas Staf Divisi Siliwangi.
Bahkan, APRA berencana menyerang Jakarta dan, namun upayanya mampu digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukannya ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Peristiwa tersebut makin mempercepat pembubaran RIS dan kembali ke bentuk NKRI pada tanggal 17 Agustus 1950.
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) berada di bawah kepemimpinan Christian Robert Steven Soumokil.
Tujuan pemberontakan RMS adalah membentuk negara sendiri yang berdiri pada tanggal 25 April 1950. Negara tersebut meliputi pulau-pulau, seperti Ambon, Seram, dan Buru.