Selain itu, selama belasan tahun di Arab Saudi, Naning mengaku pernah mendapatkan kekerasan fisik akibat pekerjaan yang dilakukannya kurang tepat di mata majikan.
"Kalau aku melakukan kesalahan ya kadang ada kekerasan fisik, paling parah ya dipukul," kata dia.
Dengan kondisi yang seperti itu, dalam suatu momentum dirinya mendapatkan kesempatan untuk keluar dari rumah majikannya.
Pintu dapur dan pintu rumah depan yang terbuka dan saling berhadap-hadapan, memberikan kesempatan bagi Naning untuk kabur dari rumah majikan.
"Kok rasanya pengin keluar, sewaktu aku masak melihat pintu dapur dan pintu rumah depan saling berhadapan, enggak tahu pintu itu terbuka, kemudian aku pergi dari rumah," kata dia.
Alasannya kabur dari rumah majikan, karena dirinya depresi dengan rutinitas sebagai pembantu.
"Karena enggak bisa bebas, tertekan, enggak bisa ngobrol sana-sini," ujar dia.
Sesampainya berada di luar rumah majikannya, Naning yang sudah bisa berbahasa Arab kemudian meminta tolong kepada sopir taksi untuk mengantarkannya ke Masjidil Haram.
Setelah cukup lama berada di lokasi tersebut, ia kemudian dihampiri oleh seorang polisi perempuan.
Baca juga: Dugaan Adanya Pengeboran Ilegal di Sumur Tua Ledok Blora merupakan Tanggung Jawab BPE
"Kemudian ada polisi menanyaiku, 'kamu mau pulang ke mana, ke majikanmu atau pulang ke Indonesia', 'aku mau pulang ke Indonesia saja', kemudian diajak polisi ke penampungan," terang dia.
Naning yang kabur hanya mengenakan pakaian yang dipakainya, tanpa bisa menunjukkan KTP ataupun paspor, kemudian diminta untuk berada di tempat penampungan selama kurang lebih 2 minggu.
Setelah itu, dirinya diperbolehkan pulang ke Indonesia dengan pengawalan dari pihak kepolisian, karena dikhawatirkan akan hilang.
Sesampainya berada di Jakarta, dirinya merasa bingung dan terlantarkan.
Belasan tahun berada di Arab Saudi, dirinya mengaku sudah tidak bisa berkomunikasi menggunakan berbahasa Indonesia dan hanya bisa dengan Bahasa Arab.
Teman sepenampungannya pun waktu itu mendadak dilarang suaminya untuk mengantarkan Naning pulang ke kampung halamannya.
Untungnya, ada pihak yang akhirnya bisa berkomunikasi dengannya. Setelah itu, pihak tersebut berkomunikasi dengan pihak yang ada di Semarang.
"Seminggu aku berada di Jakarta," ujar dia.