Goa Jatijajar ditemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani yang bernama Djayamenawi. Diceritakan saat mencari rumput, ia jatuh ke dalam lobang yang tidak lain adalah ventilasi dari langit-langit goa.
Pembangunan goa sebagai objek wisata atas ide Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, Suparjo Rustam, pada tahun 1975. Ia pernah menjadi ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Pembangunan berupa pemasangan lampu listrik untuk penerangan hingga tangga beton untuk memudahkan pengunjung menikmati wisata Goa Jatijajar.
Goa Jatijajar tidak terlepas dari leganda Raden Kamandaka-Lutung Kasarung yang berasal dari Kerajaan Padjajaran, Jawa Barat.
Hal tersebut karena sekitar abad ke-14, Goa jatijajar berada dalam wilayah Kadipaten Pasir Luhur yang masuk wilayah Kerajaan Padjajaran.
Alasan lainnya, konon dahulu Raden Kamandaka atau Lutung Kasarung pernah bertapa dalam goa ini.
Versi lain Goa Jatijajar menyebutkan bahwa penamaan Jatijajar karena saat ditemukan terdapat dua pohon jati yang berdiri sejajar di mulut goa.
Baca juga: Goa Tetes di Lumajang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute
Cerita tentang Legenda Raden Kamandaka-Lutung Kasarung di Goa Jatijajar ditunjukkan melalui patung diorama.
Bagi pengunjung yang ingin menikmai keindahan Goa Jatijajar akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 5.500 untuk anak-anak dan 12.500 untuk dewasa.
Harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu.
Goa Jatijajar mulai buka pada pukul 07.30-16.00 WIB.
Jarak tempuh Goa Jatijajar dari pusat Kabupaten Kebumen sekitar 35 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 13 menit.
Perjalanan akan melalui Jalan Raya Sokka, Jalan Raya Sruweng, Jalan Raya Kaleng, Jalan Raya Kuwarasan, Jalan Kuwarasan-Jatijajar, Jl Raya Banyumudal, Jalan Redisari, Jalan Siibadud, dan Jalan Jatijajar.
Penulis: Anggara Wikan Prasetya | Editor: I Made Asdhiana
Sumber:
Google Maps
travel.kompas.com, bob.kemenparekraf.go.id, dan sikopat.kebumenkab.go.id