Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Baduy Terancam Kehilangan Satu Generasi karena Ponsel Pintar

Kompas.com - 09/06/2023, 20:18 WIB
Acep Nazmudin,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Lembaga Adat Baduy meminta pemerintah untuk menghapus sinyal internet di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Permintaan tersebut disampaikan melalui surat kepada Bupati Lebak.

Penghapusan sinyal internet dilakukan sebagai upaya Lembaga Adat Baduy untuk memperkecil pengaruh negatif penggunaan ponsel pintar di lingkungan Baduy.

Baca juga: 4 Fakta Warga Baduy Minta Sinyal Internet dan Aplikasi Negatif Dihapus

Pemerhati Budaya Baduy, Uday Suhada, mengatakan adalah hal yang tepat dari Lembaga Adat Baduy mengusulkan penghapusan sinyal di wilayahnya.

Pasalnya, kata dia, saat ini Baduy menghadapi ancaman serius dengan keberadaan sinyal dan pengaruh gadget atau ponsel pintar yang digunakan oleh warganya.

Satu ancaman besar gara-gara gadget, kata Uday, adalah kemungkinan hilangnya satu generasi warga Baduy.

"Baduy saat ini banyak perubahan yang membahayakan. Mereka terancam kehilangan satu generasi. Penyebab utamanya adalah kemajuan teknologi. Gadget yang dimiliki dan digunakan oleh anak-anak Baduy telah merubah pola pikir, sikap dan perilaku mereka," kata Uday kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (9/7/2023).

Baca juga: Marak Konten Bertentangan dengan Adat, Alasan Warga Baduy Minta Akses Internet Dihapus

Uday mencontohkan salah satu ancaman terkikisnya tradisi budaya di Baduy adalah anak muda di Baduy enggan membantu orang tuanya berhuma di ladang.

Padahal prinsip dasar masyarakat adat Baduy adalah wajib bertani dan setiap keluarga yang sudah berumah tangga wajib memiliki lahan huma.

 

Namun yang terjadi saat ini, anak muda Baduy sibuk dengan gadgetnya untuk bermain media sosial hingga berjualan online.

"Jika dibiarkan akan merusak pola hidup masyakarat suku Baduy yang seharusnya bertani. Jika terus bermain medsos dikhawatirkan mereka akan kehilangan keahlian bertani yang merupakan tradisi turunan leluhur Suku Baduy," kata Uday.

Uday yang juga menjabat sebagai Aliansi Independen Peduli Publik (ALIPP), mengungkapkan, berdasarkan data dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Lebak pada 2020, ada 9.000 nomor handphone yang tercatat atas nama warga Baduy di Desa Kanekes.

Baca juga: Warga Baduy Minta Internet Dihapus, Pemkab Lebak Bersurat ke Kominfo

Padahal sebelum 2007, komunikasi sesama warga Baduy, masih mengandalkan telepati tapi kini beralih ke ponsel pintar.

Menjamurnya ponsel pintar di Baduy, lanjut Uday, wajib menjadi perhatian karena tidak adanya kontrol terhadap konten yang mereka akses.

Mayoritas yang menggunakan ponsel pintar di Baduy disebut adalah pengguna media sosial, bahkan menjadi YouTuber, TikTok, dan kesenangan lain di internet.

Mereka bebas mengakses konten apa saja dan kapan saja karena saat ini di wilayah Baduy terutama Baduy Luar tersedia sinyal internet.

"Sementara orang tuanya, di samping sibuk berhuma, juga tidak paham apa itu android, medsos dan apa bahayanya dari konten negatif yang merusak cara berfikir dan berperilaku anaknya," ujar Uday yang juga aktif di Komunitas Kebudayaan Banten Heritage.

Baca juga: Warga Baduy Minta Sinyal Internet Dihilangkan dari Wilayahnya

Lembaga Adat Baduy sendiri, kata uday, kerap melakukan razia adat untuk memeriksa keberadaan ponsel pintar dan barang-barang lain hyang semestinya tidak boleh berada di Baduy.

Misalnya, pada 2020, sejumlah barang sitaan hasil razia adat milik warga Baduy dibakar di tepi Sungai Cibarani di Cijahe.

Namun demikian, tidak mudah bagi lembaga Adat untuk mengontrol keberadaan ponsel pintar yang dimiliki oleh ribuan warga Baduy dalam maupun karena bentuknya kecil sehingga mudah disembunyikan ketika ada razia.

"Padahal ponsel pintar adalah salah satu barang haram yang dimiliki oleh warga Baduy," kata dia.

 

Uday mengatakan, usulan sinyal internet dihapuskan di wilayah Baduy adalah bentuk upaya Lembaga Adat untuk menjaga tradisi dan budaya di Tanah Ulayat Baduy.

"Usulan tersebut harus didukung, dan Pemkab Lebak juga harus disupport untuk mengabulkan hal tersebut, karena memang tidakmudah, harus dibantu oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat," kata dia.

Sebelumnya dilaporkan, Lebaga Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meminta penghapusan sinyal internet di wilayahnya.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Alasan Warga Baduy Minta Sinyal Internet Dihilangkan dari Wilayahnya | Mahasiswa ITB Tewas Saat Uji Coba Pesawat Tanpa Awak

Permintaan tersebut disampaikan melalui surat yang dilayangkan ke Bupati Lebak.

Dalam surat yang diterima Kompas.com, Kamis (8/7/2023), surat ditandatangani oleh Kepala Desa Kanekes, Saija.

Termuat dua poin permohonan dalam surat tersebut. 

Poin pertama adalah permohonan penghapusan sinyal internet, atau mengalihkan pemancar sinyal (tower), agar tidak diarahkan ke wilayah Tanah Ulayat Baduy dari berbagai arah, sehingga Tanah Ulayat Baduy menjadi wilayah yang bersih dari sinyal internet (blankspot area internet).

Kemudian poin kedua permohonan untuk membatasi, mengurangi atau menutup aplikasi, program dan konten negatif pada jaringan internet yang dapat mempengaruhi moral dan akhlak generasi bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Regional
Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Regional
Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Regional
Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Regional
Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Regional
Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Regional
Korban Tewas akibat Banjir Lahar Gunung Marapi Bertambah Jadi 14 Orang

Korban Tewas akibat Banjir Lahar Gunung Marapi Bertambah Jadi 14 Orang

Regional
Terjerat Alang-alang, Pendaki asal Kendal Terjatuh ke Jurang Gunung Andong

Terjerat Alang-alang, Pendaki asal Kendal Terjatuh ke Jurang Gunung Andong

Regional
Tinggi Badan Capai 2 Meter, Bocah SD di Jambi Bercita-cita Ingin Jadi Tentara

Tinggi Badan Capai 2 Meter, Bocah SD di Jambi Bercita-cita Ingin Jadi Tentara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com