Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Ada Matahari di Agats

Kompas.com - 07/06/2023, 09:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tindakan paling nyata adalah pembangunan infrastruktur. Kata Presiden Jokowi saat meresmikan Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Kota Jayapura (21/3/2023), komitmen membangun Tanah Papua sudah benar-benar diwujudkan, pada berbagai sektor dan bidang.

Misalnya, pembangunan infrastruktur jalan Trans Papua sepanjang 3.462 kilometer, jalan perbatasan sepanjang 1.098 km, jembatan sepanjang 1,3 km, pembangunan bandara di sejumah wilayah di sekitar wilayah Papua serta pembangunan pos lintas batas.

Tujuan pembangunan Trans Papua, yaitu konektivitas wilayah akan membaik dan dapat meningkatkan daya saing serta kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, untuk menciptakan keadilan, mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesenjangan antarwilayah, serta mengurangi tingginya harga melalui peningkatan konektivitas.

Total anggaran yang digelontarkan semasa pemerintahannya pun tak sedikit. Untuk pembangunan yang disalurkan pada setiap tingkatan pemerintah daerah, bahkan mencapai Rp 1.036 triliun (papua.go.id).

Tapi sayangnya, aliran dana itu masih juga bocor dan bocor. Kasus korupsi Gubernur Papua Lukas Enembe serta sejumlah kepala daerah di Papua, adalah contohnya.

**
Pesawat mendadak miring ke kiri lalu ke kanan, membuyarkan anganku tentang Papua, "surga kecil yang jatuh ke bumi" itu.

Dari kaca jendela, saya lihat ke bawah hamparan hutan hijau sejauh mata memandang dibelah sungai besar meliuk-liuk seperti badan naga warna coklat.

Sudah 20 menit pesawat kecil itu terbang. Masih 20 menit lagi untuk sampai Bandara Ewer, Asmat.

Mesin menderu-nderu. Saya lihat pilot dan kopilot di balik kelambu biru tipis membatasi kokpit dan ruang penumpang. Mereka adalah pahlawan yang memberikan andil menghubungkan daerah terpencil dengan dunia luar.

Pesawat menukik. Dan, terdengar benturan keras. Roda pesawat menyentuh landasan pacu. Sampailah kami di Bandara Ewer, yang kiri-kanan landasan pacunya tumbuh berjajar pohon bakau.

Kata sahabat saya, Don Rozano yang selalu mendampingi Mensos, kalau pagi pesawat tidak bisa mendarat. Sebab, air pasang menutup landasan.

Begitu pesawat berhenti, dari jendela saya lihat Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM, Bupati Asmat Elisa Kambu, dan banyak lagi tokoh-tokoh Agats sudah menunggu.

Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, menyambut Mensos. "Sudah tiga kali Bu Risma mengunjungi Agats," kata Mgr Murwito saat memberikan sambutan di Keuskupan.

Wajah-wajah gembira itu menceritakan bahwa dua kali kunjungan Mensos di waktu sebelumnya sangat dirasakan manfaatnya. Mereka berharap bahwa kunjungan ketiga semakin dirasakan manfaatnya.

Semestinya memang demikian. Kunjungan pejabat bukan sekadar acara seremonial, gunting pita, tanam pohon, peletakan batu pertama, foto-foto tapi memberikan manfaat, manfaat jangka panjang bagi masyarakat daerah/kota yang dikunjungi.

Tidak seperti saat ini, banyak pejabat mendekati rakyat dan menganggap rakyat ada karena ingin meminta suara.

Ketika akhirnya sampai di Agats--setelah naik speedboat dari Pelabuhan Kausari sekitar satu kilometer dari Bandara Ewer, menyusuri Sungai Asewet selama 15 menit--sangat terasa betapa hidup di Jakarta dan kota-kota di Jawa sangat berlebihan, berkecukupan. Semua serba ada; dan bisa didapat.

Di Agats, tidak tercium "bau" Jakarta yang serba pura-pura. Getaran Jakarta juga kurang terasa, beda dengan di Jayapura yang meskipun letaknya lebih ke timur, dekat dengan PNG.

*
Agats yang terletak di pesisir barat Papua menghadap Laut Arafura, sungguh memesona dalam kesederhanaannya. Kota ini terletak di delta Sungai Asewets, di daerah dataran rendah pasang surut, tanah berlumpur dan berawa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com