SIKKA, KOMPAS.com – Meninggalnya seorang balita berusia 4 tahun 11 bulan berinisial S di Dusun Wairhabi, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) karena gigitan anjing menjadi awal mula ancaman rabies di kabupaten tersebut.
Bahkan kini, pemerintah setempat menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di Sikka.
Baca juga: Bocah 4 Tahun di Sikka Meninggal Usai Digigit Anjing Positif Rabies
Balita S mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tc. Hiller Maumere pada Senin (8/5/2023) siang.
S meninggal saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit, setelah wajahnya digigit seekor anjing rabies pada Senin (24/4/2023).
Direktur RSUD Tc. Hillers Maumere Clara menuturkan, S sempat dirawat di Puskesmas Beru dan disuntik vaksin anti rabies (VAR) dua kali. Ia kemudian diantar ke RSUD dengan keluhan badan panas, mual, dan muntah, pada Sabtu (29/4/2023).
Baca juga: Apa Saja Gejala Rabies Setelah Digigit Anjing yang Terinfeksi?
“Orangtuanya juga melaporkan kalau pasien ini kelihatan ketakutan, dokter kemudian mengobati keluhan dari anak itu. Namun pada Senin pasien meninggal dunia,” ucap Clara di Maumere.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, Bali, otak anjing yang menggigit S dinyatakan positif rabies.
Baca juga: Gigitan Anjing Capai 518 Kasus, Sikka NTT Berstatus KLB Rabies
Kematian S sempat membuat heboh, sebab ini merupakan kasus gigitan pertama yang berujung kematian.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Yohanes Emil Satriwan menyebutkan, kematian S adalah duka bersama.
Sejak Januari 2023, beber Satriawan, jumlah kasus gigitan anjing di wilayah itu mencapai 518 kasus. Dari 17 spesimen otak anjing yang dikirim ke BBVet Denpasar, Bali, 10 di antaranya positif rabies.
“Termasuk anjing menggigit bocah empat tahun, itu anjingnya positif rabies,” ucapnya.
Baca juga: Ramai soal Penderita Rabies Disebut Takut Air, Benarkah?
Satriawan mengatakan, pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian telah mengirim bantuan 2.520 dosis vaksin HPR.
Saat ini petugas sudah dikerahkan ke sejumlah lokasi atau wilayah endemis rabies untuk melakukan vaksinasi massal.
“Populasi anjing di Kabupaten Sikka mencapai 55.000 ekor, saat ini kita fokus ke daerah yang ada kasus. Kami juga telah mengajukan bantuan vaksin ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI),” ujarnya.
Hanya saja, ungkap Satriawan, banyak pemilik yang menolak anjingnya divaksin, bahkan sembunyi di kebun. Petugas pun berusaha memberi penjelasan, namun masih banyak yang tetap menolak.
Satriawan berujar, ada banyak alasan penolakan, misalnya susah ditangkap, sedang bunting, dan beberapa alasan lain.
Ia berharap agar pemilik anjing bersikap kooperatif sehingga penyebaran virus rabies bisa dicegah.
Percepatan vaksinasi
Sekretaris Komite Anti Rabies Flores Lembata Asep Purnama mendesak pemerintah segera mencari solusi mengenai kasus rabies.
Jika tidak, korban manusia meninggal akibat rabies akan terus bertambah.
Ia berharap cakupan vaksinasi anjing (HPR) terus ditingkatkan, minimal di atas 70 persen.
"Biarlah S menjadi korban terakhir, dan bahkan menjadi martir yang menggugah kita semua untuk terbangun dan bersatu padu mengusir virus rabies," katanya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo menegaskan bahwa kasus gigitan anjing yang terjadi telah masuk fase luar biasa. Apalagi sudah ada korban jiwa.
“Kalau ada manusia meninggal karena rabies, itu sudah masuk kategori luar biasa," ujar Fransiskus saat memantau pelaksanaan vaksinasi anjing di Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, pada Jumat (12/5/2023).
Roberto mengatakan, telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di wilayahnya.
Oleh sebab itu ia meminta camat, lurah dan kepala desa se-Kabupaten Sikka untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran virus rabies.
Baca juga: 7 Kecamatan di Sikka Endemi Rabies, Ini Rinciannya
Penyuluhan serta koordinasi informasi edukasi (KIE) harus dilakukan secara rutin kepada masyarakat tentang bahaya penyakit rabies dan cara pencegahannya.
Ia mengimbau, korban yang digigit anjing segera mencuci tangan dengan sabun atau detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian melapor ke puskesmas atau rabies center terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) sesuai indikasi.
“Saya juga imbau masyarakat untuk ikat atau kandangkan hewan penular rabies seperti anjing, kucing, dan kera. Lalu lakukan vaksinasi secara rutin,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.