“Ada teh bubuk kelor, teh celup, teh daun kelor, minuman sehat daun kelor, dan kapsul,” katanya.
Produk tim besutan Susi diberi nama Moringa Left Hand atau Kelor Tangan Kiri dan dijual dengan harga beragam.
Teh bubuk kelor dijual dengan harga Rp 50.000-Rp100.000, teh celup Rp 20.000-Rp 40.000, teh daun kelor Rp 25.000-Rp 50.000, dan minuman sehat campuran daun kelor, jahe, dan jeruk dijual dengan harga Rp 100.000.
Baca juga: Bertemu Danrem Wirasakti, Gubernur Viktor Ajak Ubah Pemahaman Masyarakat soal Tanaman Kelor
“Kami juga sedang memproses izin untuk produk kapsul,” katanya.
Menariknya, ungkap Susi, saat kunjungan kerja Mensos Risma ke Sikka pada Februari 2023 lalu, Risma mempromosikan produk olahan daun kelor karya Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere.
Bahkan saat itu, Risma mengaku, ia aktif mengonsumsi teh kelor karena mengandung antioksidan tinggi.
Risma pun merekomendasikan masyarakat untuk rutin menyantap olahan kelor dan dapat membeli produk kelor dari Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere.
“Setelah dipromosikan Ibu Menteri, kami dapat banyak pesanan dari pulau Jawa. Dari Surabaya, Bandung, Jakarta, dan dari daerah lain,” ucapnya.
Susi mengatakan, produk Moringa Left Hand tidak hanya diminati oleh masyarakat di dalam negeri, namun wisatawan asing. Ada dari Belanda, Amerika, Inggris, dan beberapa negara lain.
Baginya, produksi kelor oleh penyandang disabilitas tidak hanya soal usaha meningkatkan kesejahteraan, tapi pada peran penyandang disabilitas dalam menciptakan produk kesehatan yang diminati dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Melalui daun kelor, kami telah ikut serta berbagi kesehatan dengan masyarakat dunia,” katanya.
Susi mengatakan banyak penyandang disabilitas tidak mendapat pendidikan yang layak sehingga mereka tidak memiliki ketrampilan untuk bekerja. Kondisi ini memaksa mereka berdiam diri di rumah dan dianggap beban keluarga.
Menurutnya, hal tersebut sangat bertolak belakang dengan semangat inklusi yang sedang digalakkan. Oleh sebab itu, Susi menilai, pelatihan dan bantuan kewirausahaan dari Kemensos seperti angin segar yang membawa harapan bagi terciptanya inklusifitas.
Melalui pelatihan kelor, penyandang disabilitas di Maumere dapat memiliki pekerjaan, mempunyai peluang dan kemampuan, dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Dari sisi sosial, mereka merasa bangga karena mampu mandiri dan berdaya, dan yang paling penting adalah terlepas dari belas kasih orang lain.