Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besar” sekaligus guru besar kaum muda saat itu.
Dipilihnya nama Ansor muncul karena diilhami dari julukan Rasulullah SAW kepada penduduk Madinah yang menolong beliau saat hijrah dari Mekah ke Madinah.
Rasulullah SAW memberikan nama ‘Ansor’ yang artinya ‘penolong’, merujuk kepada mereka yang telah menolong Rasulullah, para sahabat, dan penolong agama Allah (Islam).
Atas alasan tersebut, Muktamar Ke-9 NU mengoreksi nama yang sebelumnya adalah Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU) menjadi Ansoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Organisasi ini pada awalnya bernama Gerakan Pemuda Ansor itu sebagai kelanjutan dari Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO), yang dalam AD/ART NU diubah menjadi Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama.
Pada awal pendiriannya, Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO) memiliki sederet pengurus, antara lain H.M. Thohir Bakri sebagai ketua, Abdullah Oebayd sebagai wakil ketua, dan H. Achmad Barawi serta Abdus Salam sebagai sekretaris.
Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO) juga menjadi bagian dari cikal bakal berdirinya Barisan Ansor Nahdlatul Oelama (Banoe) yang kelak disebut Barisan Serbaguna (Banser).
ANO Cabang Malang mengembangkan Banoe sebagai organisasi gerakan kepanduan, di mana dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937 mereka pertama kali menunjukkan kebolehan dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam.
Saat itu, Banoe dipimpin oleh Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang dengan Mayor TNI Hamid Rusydi sebagai instruktur umum Banoe Malang.
Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirikannya Banoe di tiap cabang ANO dan menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe.
Perubahan nama ANO menjadi Gerakan Pemuda Ansor sendiri baru muncul setelah berakhirnya revolusi fisik.
Saat itu usulan tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway untuk mengaktifkan kembali ANO mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim, Menteri Agama RIS.
Hingga pada 14 Desember 1949 lahir kesepakatan untuk membangun kembali ANO dengan nama baru yaitu Gerakan Pemuda Ansor yang kini lebih populer dengan singkatan GP Ansor.
Sebagai sebuah organisasi, GP Ansor berkembang dengan mengusung visi, misi, dan tujuan.