Perjalanan iring-iringan kirab dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta akan dipimpin oleh seorang patih dan diiringi pembesar dan abdi dalem.
Selama perjalanan, rombongan juga akan diiringi oleh gamelan yang terdiri dari 2 demung, 2 barung, 2 saron, 2 saron peking, 2 kempyang, 2 gong ageng, 2 bedug, dan 1 bonang besar serancak.
Sesampainya di Masjid Agung Surakarta, ritual da bersama akan dilaksanakan oleh para peserta.
Selanjutnya tumpeng akan dibagikan kepada abdi dalem dan masyarakat yang sudah menunggu sambil duduk bersila di pelataran masjid.
Tradisi malam selikuran Keraton Surakarta mengandung unsur simbolik yang maknanya terkait dengan datangnya Lailatul Qadar.
Seperti adanya seribu tumpeng yang melambangkan pahala setara seribu bulan.
Kemudian keberadaan lampu ting yang melambangkan obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu di Jabal Nur.
Secara keseluruhan, tradisi malam selikuran Keraton Surakarta menggambarkan harmonisasi nilai-nilai Islam yang berpadu dengan budaya Jawa yang masih terjaga dalam balutan kearifan lokal.
Sumber: surakarta.go.id, video.tribunnews.com, regional.kompas.com, dan academia.edu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.