Bahkan pihaknya menyebut santrinya itu sempat mencoba kabur hingga membakar pintu. Namun kini sudah terkendali dan menjalani terapi pemuluhan pertama.
Bersama kedua kakaknya, Gus Dipta meneruskan perjuangan ayahnya. Ia memahami bila santri yang dihadapi adalah mereka yang sulit mengendalikan emosi.
Tak jarang dirinya harus melerai pertengkaran hingga menanggung perusakan fasilitas yang dilakukan santrinya. Namun dirinya tak pernah marah dan justru menasehatinya dengan santai.
“Anak-anak kaya gitu enggak bisa dimarahin. Kadang saya ajak jajan makan di luar, baru sambil dikasih tau, nanti dia akan intropeksi sendiri,” imbuhnya.
Pihaknya tidak bisa menjamin seberapa cepat pecandu narkoba bisa benar-benar sembuh. Namun ia memiliki progam selama 1 tahun.
"Programnya 1 tahun. 6 bulan pertama itu pemulihan, 6 bulan kedua itu pemantapan. Karena setelah masa pemulihan itu yang paling penting adalah bagaimana setelah rehab itu si anak punya sesuatu yang bisa dikerjakan, ada sesuatu yangg dia senangi, biar mereka bisa move on dari narkoba," ungkapnya.
Gus Dipta memahami bila sang ayah sangat mencintai pondoknya. Maka dari itu ia meneruskan pondok dan menganggap santri sebagaimana anaknya.
“Yang menguatkan saya, saya ingin anak-anak pulih, menjalani hidup dengan penuh berkah, dan jadi orang bermanfaat, karena itu amal jariyah,” tuturnya.
Tak kalah penting, ia terbilang gencar menghadapi masyarakat yang terlanjur memberi label buruk pada mantan pecandu narkoba. Salah satunya dengan melibatkan santrinya dalam kekgiatan sosial dan hadir di tengah masyarakat.
“Kita arahkan anak supaya aktif di masyarakat, seperti aktif yasinan atau tahlilan di kampung, berjamaah ke masjid, ikut kerja bakti, sehingga masyarakat melihat langsung perubahan positifnya,” bebernya.
Ia percaya semua pecandu perlu diberi kesempatan untuk rehablititasi dan diterima kembali di masyarakat. Untun itu, demi mengikis stigma negatif terhadap mantan pecandu narkoba, perlu kepercayaan orangtua dan warga.
“Kami juga laporkan terus progress anak ke orangtua, lalu berdialog supaya mengembalikan kepercayaan mereka ke anak,” tandas Sarjana Hukum Unnes tahun 2018 itu.
Berikutnya pondok menyiapkan santri dengan membekali keterampilan khusus saat lulus. Yakni dengan pelatihan dari Disnaker. Sehingga mereka terarah dan diterima bekerja dengan baik saat lulus nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.