KUPANG, KOMPAS.com - Es krim dan produk makanan kemasan dari hewan ternak seperti susu bagi orang dewasa, hingga saat ini dilarang masuk ke wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikan Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, Yulius Umbu Hunggar, dalam jumpa pers bersama sejumlah wartawan di Kupang, Rabu (4/1/2023).
Larangan itu kata Yulius, untuk mencegah masuknya penyakit mulut dan kuku pada ternak di NTT.
Yulius menyebutkan, Provinsi NTT menjadi salah satu provinsi di Indonesia, yang masuk kategori zona hijau atau bebas penyebaran penyakit mulut dan kuku pada hewan.
Baca juga: Cegah PMK Meluas, Dinas Peternakan Purworejo Vaksinasi Hewan Ternak Door to Door
Untuk mempertahankan hal itu lanjut Yulius, dia dan jajarannya sangat ketat menutup masuknya produk hewan dari daerah luar.
"Produk yang diizinkan masuk hanya produk susu bubuk untuk bayi dan anak di bawah lima tahun," kata Yulius.
Menurutnya, produk susu bubuk ini terpaksa diizinkan masuk guna mencegah stunting di wilayah NTT.
Sedangkan, produk makanan kemasan dari hewan seperti susu bagi orang dewasa dan es krim masih belum diizinkan masuk ke NTT walaupun mendapat protes dari kalangan pengusaha.
Namun demikian, Provinsi NTT tetap mengizinkan pengeluaran ternak ke provinsi lain selama provinsi penerima mengeluarkan rekomendasi masuk.
"Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk dari pengeluaran ternak ke luar NTT sebesar Rp 420 miliar," ungkapnya.
Satgas penanganan penyakit mulut dan kuku, juga mendapat protes dari pelaku usaha es krim, karena produk itu tidak diizinkan masuk ke wilayah NTT.
"Kantor karantina kerja luar biasa sehingga wilayah NTT tetap bebas penyakit mulut dan kuku," tandasnya.
Ada juga alasan pihaknya tetap menjaga NTT tetap berada dalam zona hijau penyakit mulut dan kuku, yakni menarik investor di bidang peternakan.
Baca juga: Cegah PMK, Produk Turunan Sapi, Babi, dan Kambing Dilarang Masuk NTT
Tentu kata dia, investor akan merasa aman dan nyaman berinvestasi ternak di NTT, Karena tak terganggu dengan penyakit dalam lingkungan budidaya.
"Ujungnya untuk kemajuan NTT. Ini memang kerja nyata agar penyakit mulut dan kuku jangan masuk NTT," kata dia.
Untuk menjaga itu, pihaknya melakukan program pentahelix atau kolaborasi dan kerjasama dengan unsur terkait, seperti pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat dan media.
"Lima komponen kita berdayakan maka tujuan akan tercapai," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.