KOMPAS.com - Asal-usul Nama Irian merupakan cerita rakyat kerap dikaitkan dengan asal-usul nama Pulau Irian.
Pulau Irian terletak di Pulau Papua New Guinea bagian barat. Saat ini, wilayah tersebut dikenal Papua.
Papua memiliki perjalanan sejarah terkat dengan nama yang disematkan.
Nama Irian Barat merupakan nama provinsi yang digunakan sejak tahun 1969 hingga 1973.
Nama tersebut diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas, Freeport.
Secara resmi nama Irian Jaya digunakan hingga 2002.
Kemudian, nama provinsi tersebut diganti menjadi Papua sesuai UU No 21/2001 Otonomi Khusus Papua.
Kata Irian merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland.
Sedangkan, kata Papua berasal dari bahasa Melayu yang artinya berambut keriting. Gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku setempat.
Nama Irian juga menjadi cerita rakyat Asal usul Nama Irian.
Baca juga: Cerita Rakyat Bali: Asal-usul Buleleng dan Singaraja serta Pesan Moral
Cerita rakyat ini ditulis oleh Dian K dalam buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Asal Usul Nama Irian yang diterbitkan Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia (2017).
Berikut ini adalah cerita rakyat asal-usul nama Irian dan pesan moral.
Dikisahkan di Kampung Sopen, Biak Barat, ada seorang pemuda yang menderita penyakit kudis yang bernama Mananamakrdi.
Sehingga, tubuhnya berbau tidak sedap dan dikucilkan teman-temannya.
Mananamakrdi telah berobat kesana kemari namun tidak membuahkan hasil.
Lama kelamaan, Mananamakrdi tidak betah tinggal di kampungnya dan memutuskan untuk mencari tempat tinggal baru.
Sebuah tempat tinggal yang tidak ada penduduknya supaya kudisnya tidak mengganggu penduduk sekitar.
Saat, Mananamakrdi mulai berjalan mencari tempat tinggal baru, ia bertemu dengan nelayan.
" Kamu mau kemana?" tanya nelayan.
" Tidak tahu pak. Aku hanya mau mencari tempat tinggal," terang Mananamakrdi.
Melihat konisi Mananamakrdi, nelayan memberikan tumpangan hingga Pulau Miokbudi, Biak Timur. Nelayan mengatakan bahwa Mananamakrdi dapat memulai hidup baru.
Pulau Miokbudi merupakan pulau yang sangat subur dan tidak ada satupun orang yang tinggal di sana.
Kemudian, Mananamakrdi membangun gubuk dan memulai kehidupan yang baru.
Baca juga: Cerita Rakyat Papua, Asal-usul Penyebaran Suku-suku di Merauke
Mananamakrdi menghidupi dirinya dengan bercocok tanam, antara lain bertanam sagu, buah-buahan, dan menyadap pohon kelapa. Air niranya diolah menjadi gula.
Suatu hari, Mananamakrdi tampak kesal karena air niranya selalu habis. Peristiwa ini terjadi berhari-hari hingga membuatnya penasaran.
Semalaman, Mananamakrdi sengaja tidak tidur untuk melihat sosok yang mengambil air niranya.
Akhirnya, Mananamakrdi berhasil menangkap sosok yang mencuri niranya.
"Ampun, jangan tangkap aku. Aku Sampan. si bintang pagi. Aku senang sekali minum nira karena manis," ujar sosok tersebut.
Mananamakrdi geram mendengar ucapan Sampan dan bermaksud menghukumnya.
Namun, Sampan meminta maaf dan akan mengabulkan permintaan Mananamakrdi.
Mananamakrdi meminta istri untuk menemaninya karena dia merasa kesepian.
Kemudian, Mananamakrdi diminta untuk pergi ke pantai dan mencari pohon bitanggur. Perempuan tersebut kelak akan menjadi istrinya.
Benar saja, Mananamakrdi menemukan pohon bitanggur dan melakukan perintah Sampan.
Wanita yang ditemui di pantai yang bernama Insoraki, yang tidak lain putri Kepala Suku Kampung Meokbundi.
Mananamakrdi menikah dengan Insoraki dan tinggal di Kampung Meokbundi.
Sayangnya, penduduk Kampung Meokbundi tidak tahan dengan bau kudis Mananamakrdi. Mereka berbondong-bondong meninggalkan kampung.
Mananamakrdi melihat hal tersebut dan bermaksud membakar dirinya karena kudisnya berbau.
Namun, upaya tersebut berhasil dicegah istrinya bahkan air mata ketulusan istrinya mampu menyembuhkan kudis Mananamakrdi.
Kemudian, Mananamakrdi mengajak istri dan anaknya, Konori, pergi meninggalkan Kampung Meokbundi untuk memulai hidup baru.
Baca juga: Ande Ande Lumut, Cerita Rakyat dari Jawa Timur yang Sarat dengan Pesan Moral
Setelah berpamitan dengan ayah mertuanya, Mananamakrdi mengajak keluarga kecilnya naik kapal ke arah Mandori, dekat Manokwari.
Saat fajar menyingsing, Konori membangunkan kedua orang tuanya dan berteriak, "Irian...Irian....".
Mananamakrdi keherananan dengan teriakan anaknya "Irian" yang artinya panas. Ternyata, panas matahari pagi telah menunjukkan sebuah daratan yang indah.
Mananamakrdi menambatkan kapalnya ke daratan tersebut dan memulai hidup yang baru di wilayah itu.
Sejak saat itu, Mananamakrdi menyebut wilayah itu dengan "Irian".
Cerita rakya asal usul nama Irian mengandung pesan moral untuk jangan mudah menyerah meskipun lingkungan sekitar merendahkan.
Teruslah bersemangat, maka masa depan cerah akan menanti.
Sumber:
Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi : Asal Usul Nama Irian Single Edition
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.