Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Nama Irian: Cerita Rakyat Asal Papua dan Pesan Moral

Kompas.com - 16/12/2022, 21:29 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Asal-usul Nama Irian  merupakan cerita rakyat kerap dikaitkan dengan asal-usul nama Pulau Irian.

Pulau Irian terletak di Pulau Papua New Guinea bagian barat. Saat ini, wilayah tersebut dikenal Papua.

Papua memiliki perjalanan sejarah terkat dengan nama yang disematkan.

Nama Irian Barat merupakan nama provinsi yang digunakan sejak tahun 1969 hingga 1973.

Nama tersebut diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas, Freeport.

Secara resmi nama Irian Jaya digunakan hingga 2002.

Kemudian, nama provinsi tersebut diganti menjadi Papua sesuai UU No 21/2001 Otonomi Khusus Papua.

Kata Irian merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland.

Sedangkan, kata Papua berasal dari bahasa Melayu yang artinya berambut keriting. Gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku setempat.

Nama Irian juga menjadi cerita rakyat Asal usul Nama Irian.

Baca juga: Cerita Rakyat Bali: Asal-usul Buleleng dan Singaraja serta Pesan Moral

Cerita rakyat ini ditulis oleh Dian K dalam buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Asal Usul Nama Irian yang diterbitkan Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia (2017).

Berikut ini adalah cerita rakyat asal-usul nama Irian dan pesan moral. 

Asal-usul Nama Irian

Dikisahkan di Kampung Sopen, Biak Barat, ada seorang pemuda yang menderita penyakit kudis yang bernama Mananamakrdi.

Sehingga, tubuhnya berbau tidak sedap dan dikucilkan teman-temannya.

Mananamakrdi telah berobat kesana kemari namun tidak membuahkan hasil.

Lama kelamaan, Mananamakrdi tidak betah tinggal di kampungnya dan memutuskan untuk mencari tempat tinggal baru.

Sebuah tempat tinggal yang tidak ada penduduknya supaya kudisnya tidak mengganggu penduduk sekitar.

Saat, Mananamakrdi mulai berjalan mencari tempat tinggal baru, ia bertemu dengan nelayan.

" Kamu mau kemana?" tanya nelayan.

" Tidak tahu pak. Aku hanya mau mencari tempat tinggal," terang Mananamakrdi.

Melihat konisi Mananamakrdi, nelayan memberikan tumpangan hingga Pulau Miokbudi, Biak Timur. Nelayan mengatakan bahwa Mananamakrdi dapat memulai hidup baru.

Pulau Miokbudi merupakan pulau yang sangat subur dan tidak ada satupun orang yang tinggal di sana.

Kemudian, Mananamakrdi membangun gubuk dan memulai kehidupan yang baru.

Baca juga: Cerita Rakyat Papua, Asal-usul Penyebaran Suku-suku di Merauke

Mananamakrdi menghidupi dirinya dengan bercocok tanam, antara lain bertanam sagu, buah-buahan, dan menyadap pohon kelapa. Air niranya diolah menjadi gula.

Suatu hari, Mananamakrdi tampak kesal karena air niranya selalu habis. Peristiwa ini terjadi berhari-hari hingga membuatnya penasaran.

Semalaman, Mananamakrdi sengaja tidak tidur untuk melihat sosok yang mengambil air niranya.

Akhirnya, Mananamakrdi berhasil menangkap sosok yang mencuri niranya.

"Ampun, jangan tangkap aku. Aku Sampan. si bintang pagi. Aku senang sekali minum nira karena manis," ujar sosok tersebut.

Mananamakrdi geram mendengar ucapan  Sampan dan bermaksud menghukumnya.

Namun, Sampan meminta maaf dan akan mengabulkan permintaan Mananamakrdi.

Mananamakrdi meminta istri untuk menemaninya karena dia merasa kesepian.

Kemudian, Mananamakrdi diminta untuk pergi ke pantai dan mencari pohon bitanggur. Perempuan tersebut kelak akan menjadi istrinya.

Benar saja, Mananamakrdi menemukan pohon bitanggur dan melakukan perintah Sampan.

Wanita yang ditemui di pantai yang bernama Insoraki, yang tidak lain putri Kepala Suku Kampung Meokbundi.

Mananamakrdi menikah dengan Insoraki dan tinggal di Kampung Meokbundi.

Sayangnya, penduduk Kampung Meokbundi tidak tahan dengan bau kudis Mananamakrdi. Mereka berbondong-bondong meninggalkan kampung.

Mananamakrdi melihat hal tersebut dan bermaksud membakar dirinya karena kudisnya berbau.

Namun, upaya tersebut berhasil dicegah istrinya bahkan air mata ketulusan istrinya mampu menyembuhkan kudis Mananamakrdi.

Kemudian, Mananamakrdi mengajak istri dan anaknya, Konori, pergi meninggalkan Kampung Meokbundi untuk memulai hidup baru.

Baca juga: Ande Ande Lumut, Cerita Rakyat dari Jawa Timur yang Sarat dengan Pesan Moral

Setelah berpamitan dengan ayah mertuanya, Mananamakrdi mengajak keluarga kecilnya naik kapal ke arah Mandori, dekat Manokwari.

Saat fajar menyingsing, Konori membangunkan kedua orang tuanya dan berteriak, "Irian...Irian....".

Mananamakrdi keherananan dengan teriakan anaknya "Irian" yang artinya panas. Ternyata, panas matahari pagi telah menunjukkan sebuah daratan yang indah.

Mananamakrdi menambatkan kapalnya ke daratan tersebut dan memulai hidup yang baru di wilayah itu.

Sejak saat itu, Mananamakrdi menyebut wilayah itu dengan "Irian".

Pesan Moral Asal-usul Nama Irian

Cerita rakya asal usul nama Irian mengandung pesan moral untuk jangan mudah menyerah meskipun lingkungan sekitar merendahkan.

Teruslah bersemangat, maka masa depan cerah akan menanti.

Sumber:

papua.go.id

Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi : Asal Usul Nama Irian Single Edition

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Putri 15 Tahun di Kapuas Hulu Dicabuli 8 Pemuda, 4 Pelaku Bawah Umur

Remaja Putri 15 Tahun di Kapuas Hulu Dicabuli 8 Pemuda, 4 Pelaku Bawah Umur

Regional
Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Regional
Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Regional
[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

Regional
Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Regional
Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Regional
Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Regional
Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Regional
Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Regional
Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Regional
Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Regional
Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Regional
Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Regional
Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Regional
Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com