Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/11/2022, 13:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Perempuan itu istimewa. Tetap tegar meski nyaris terkapar. Tetap sabar meski hati terbakar. Tetap tangguh meski hampir terjatuh".

NAMUN kalimat itu tak diresapi oleh perempuan berinisial INI, 42 tahun. Dia tidak istimewa lagi karena tidak tegar, tidak sabar dan benar-benar terjatuh dihantam persoalan hidupnya.

INI adalah perempuan yang jadi lakon berita belakangan ini. Dia tewas diduga membakar diri di wilayah Periuk, Kota Tangerang, Senin (28/11/2022) lalu.

Perempuan ini kerap ribut dengan suaminya. Puncak keributan terjadi pada Senin itu, yang membuat INI pergi ke warung untuk membeli empat botol bensin dan korek api, lalu membakar diri.

Polisi menjelaskan motif bunuh diri adalah depresi berat karena kerap diungkit-ungkit kesalahannya oleh sang suami. Korban merasa terbebani karena telah melakukan kesalahan besar. Tak ada kompromi dari sang suami. Seolah kesalahan istrinya merupakan dosa besar.

Para tetangga kaget. Apa iya INI berbuat kesalahan besar? Sebab, selama bertetangga, INI dinilai sebagai sosok yang baik. Korban tidak pernah terlibat masalah dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya.

Tetapi di balik sosok yang baik itu terdapat karakter lemah. Tak kuat menahan terpaan hidup. Tanpa semangat menjalani hidup ini yang memang penuh ujian. Hidup itu berkerikil, bahkan tak jarang berbatu terjal.

INI adalah ironi. Sebelum tragedi bakar diri, sejumlah perempuan kuat menginspirasi banyak orang.

Misalkan, sebuah inspirasi mengemuka dari buku berjudul Melodi Cinta PPL. Buku ini karya Laela Nadliffah Sutiono, gadis 24 tahun asal Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

Laela menyandang disabilitas fisik sejak kecil. Pengalaman hidupnya membuat buku itu kian berwarna.

Berdasarkan pengakuannya kepada sejumlah media, sebelum membuat buku, Laela sempat mengalami depresi yang luar biasa.

Pemicunya saat berada di rehabilitasi dirinya mendapatkan musibah atas meninggalnya sang ayah, tidak lama kemudian kakek dan neneknya meninggal.

Sebenarnya depresi berkepanjangan adalah saat dirinya menyadari ada keterbatasan fisik. Namun semangat hidupnya pelan-pelan bangkit.

Penyebabnya sederhana saja, dia sehari-hari melihat penyandang disabilitas yang lebih muda, tetapi punya kemauan berkarya meletup-letup. Kesehariannya periang. Inilah yang membuat Laela berubah. Kian semangat. Makin punya kekuatan.

Dua perempuan di atas, INI dan Laela, memberi gambaran kepada khalayak, hidup memang butuh semangat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com