Salin Artikel

Perempuan Kuat, Perempuan Bersemangat

NAMUN kalimat itu tak diresapi oleh perempuan berinisial INI, 42 tahun. Dia tidak istimewa lagi karena tidak tegar, tidak sabar dan benar-benar terjatuh dihantam persoalan hidupnya.

INI adalah perempuan yang jadi lakon berita belakangan ini. Dia tewas diduga membakar diri di wilayah Periuk, Kota Tangerang, Senin (28/11/2022) lalu.

Perempuan ini kerap ribut dengan suaminya. Puncak keributan terjadi pada Senin itu, yang membuat INI pergi ke warung untuk membeli empat botol bensin dan korek api, lalu membakar diri.

Polisi menjelaskan motif bunuh diri adalah depresi berat karena kerap diungkit-ungkit kesalahannya oleh sang suami. Korban merasa terbebani karena telah melakukan kesalahan besar. Tak ada kompromi dari sang suami. Seolah kesalahan istrinya merupakan dosa besar.

Para tetangga kaget. Apa iya INI berbuat kesalahan besar? Sebab, selama bertetangga, INI dinilai sebagai sosok yang baik. Korban tidak pernah terlibat masalah dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya.

Tetapi di balik sosok yang baik itu terdapat karakter lemah. Tak kuat menahan terpaan hidup. Tanpa semangat menjalani hidup ini yang memang penuh ujian. Hidup itu berkerikil, bahkan tak jarang berbatu terjal.

INI adalah ironi. Sebelum tragedi bakar diri, sejumlah perempuan kuat menginspirasi banyak orang.

Misalkan, sebuah inspirasi mengemuka dari buku berjudul Melodi Cinta PPL. Buku ini karya Laela Nadliffah Sutiono, gadis 24 tahun asal Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

Laela menyandang disabilitas fisik sejak kecil. Pengalaman hidupnya membuat buku itu kian berwarna.

Berdasarkan pengakuannya kepada sejumlah media, sebelum membuat buku, Laela sempat mengalami depresi yang luar biasa.

Pemicunya saat berada di rehabilitasi dirinya mendapatkan musibah atas meninggalnya sang ayah, tidak lama kemudian kakek dan neneknya meninggal.

Sebenarnya depresi berkepanjangan adalah saat dirinya menyadari ada keterbatasan fisik. Namun semangat hidupnya pelan-pelan bangkit.

Penyebabnya sederhana saja, dia sehari-hari melihat penyandang disabilitas yang lebih muda, tetapi punya kemauan berkarya meletup-letup. Kesehariannya periang. Inilah yang membuat Laela berubah. Kian semangat. Makin punya kekuatan.

Dua perempuan di atas, INI dan Laela, memberi gambaran kepada khalayak, hidup memang butuh semangat.

Kata tokoh perempuan kita, Puan Maharani yang juga Ketua DPR, semangat berkarya akan membuat kaum disabilitas makin kuat.

Ketika berkunjung ke Pasar Tambahrejo, Kota Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini, Puan menyuntikkan semangat itu, "Terus semangat berkarya!"

Begitupun Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, dalam berbagai kesempatan meminta perempuan untuk terus bersemangat.

Tergantung momentumnya. Saat Hari Kartini, Menteri PPPA menegaskan,"Bermimpilah setinggi langit dan wujudkanlah. Jagalah selalu semangat Kartini di hatimu. Jadilah perempuan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Buatlah tanah airmu bangga dengan karya, inovasi, dan ekspresi. Jadilah perempuan tangguh yang bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi perempuan lainnya. Perempuan berdaya, Indonesia maju".

Adalah menarik untuk melihat semangat dalam frame filsafat. Intinya, semangat akan membuat kita tidak tersesat.

Sebaliknya, tanpa semangat seolah kita kehilangan pegangan hidup. Tanpa semangat kita pun merasa kehilangan arah. Pegangan hidup jadi rapuh. Pijakan hidup tak kokoh, mudah bergeser. Celakanya, kita kehilangan makna hidup.

Maka, seperti seorang INI yang membakar diri, sejatinya kehilangan makna hidup. Sedangkan bagi Laela, justru terus membakar semangat sehingga makin kuat untuk berkarya.

Sekarang ini yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa adalah semangat Laela. Buang jauh-jauh karakter INI dari kehidupan para perempuan.

Tanah Air butuh perempuan kuat. Apalagi secara kuantitatif jumlah perempuan tak terpaut jauh dengan lelaki.

Data dari Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri menyebutkan pada 30 Juni 2022 atau Semester I 2022, jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 275.361.267 jiwa.

Jumlah itu terdiri 138.999.996 penduduk laki-laki atau 54,48 persen, dan 136.361.271 penduduk perempuan atau 49,52 persen.

Kuat secara angka dan karakter akan menghilangkan stigma perempuan lebih lemah dari lelaki.

Akan pula terbantahkan pandangan filsuf Jean-Jacques Rousseau, bahwa manusia dilahirkan bebas, namun di mana-mana, ia dipenjara. Begitulah nasib perempuan. Ia dilahirkan bebas, namun di mana-mana, ia dipenjara.

Perempuan bukan lagi hidup di penjara. Perempuan kuat mampu mendobrak pembatas yang ada.

Maka dari itu, semangatlah para perempuan. Apalagi bulan Desember akan diperingati Hari Ibu. Hakikat Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Semangat!

https://regional.kompas.com/read/2022/11/30/13051161/perempuan-kuat-perempuan-bersemangat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke