Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanjung Binerean, Ruang Harmoni Kehidupan Petani Bersama Satwa Liar

Kompas.com - 21/11/2022, 22:10 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Koridor Tanjung Binerean ini mendukung keberadaan jenis burung terancam punah dan dilindungi Pemerintah Indonesia.

Sebagai satu-satunya tempat bertelur burung maleo di pesisir selatan dan tenggara Provinsi Sulawesi Utara, Tanjung Binerean adalah tempat istimewa bagi pengelolaan keanekaagaman hayati di Indonesia. Pengelolaan oleh multipihak ini menjadi petemuan semua semangat pelestarian satwa liar, melalui pintu masuk penyelamatan maleo dan habitatnya, semua satwa penting ikut terselamatkan, mulai dari wilayah perairan hingga ke daratan dalam satu koridor yang harmoni.

Pengelolaan multipihak ini juga dilakukan dengan membangun kesadaran para warga desa untuk terlibat dalam upaya konservasi satwa liar dan habitatnya.

Maleo senkawor ini merupakan satwa endemik yang tersebar di beberapa lokasi di pulau sulawesi dan pulau satelitnya.

“Maleo senkawor berukuran sedang bulu berwarna hitam di bagian atas, putih di bagian bawah,” ujar Alfons Patandung.

Baca juga: Populasi Satwa Liar Dunia Menurun Drastis, Apa Sebabnya?

Ia menjelaskan burung yang sering berjalan dan berlari ini memiliki tonjolan besar seperti sanggul di kepalanya, tonjolan keras ini mulai nampak saat beranjak dewasa, kakinya besar, berselaput, dan memiliki cakar untuk menggaruk tanah.

Maleo hidup secara monogami dan setia pada pasangannya. Pasangan maleo tidak mengerami telur, dan membiarkan telur menetas sendiri dengan bantuan panas matahari atau panas bumi.

”Butuh waktu hingga 48 jam bagi anakan maleo yang baru menetas untuk berjuang menerobos ke permukaan tanah,” ucap Alfons Patandung.

Maleo yang menetas ini posisinya masih di dalam tanah, ia harus berjuang keras menerobos tanah di atasnya, bahkan terdapat pasir, batu, dan akar pohon. Perjuangan ini benar-benar keras hingga ia muncul ke permukaan tanah. Maleo mungil yang baru keluar dari dalam tanah ini langsung bisa lari dan terbang untuk menghindari predator.

Berat dewasa maleo adalah 1,6 kg dengan panjang 55-60 cm, memiliki pola makan omnivora dengan mengonsumsi buah, biji, dan serangga hutan. Maleo betina bertelur 8-12 butir pertahun, telur ini dipendam dalam lubang tanah.

“Habitatnya di dataran rendah, hutan pegunungan, semak belukar dan pantai, salah satu habitat pentingnya ada di Tanjung Binerean,” ungkap Alfons Patandung.

Baca juga: Mengenal Maleo, Burung Khas Sulawesi yang Populasinya Terancam

Status keterancaman maleo adalah kritis, critical endangered. Pemerintah melindungi melalui PP nomor 7 tahun 1999 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106 tahun 2018.

Ancaman pada individu dewasa terjadi oleh kerusakan hutan, anak baru menetas terancam oleh predator alaminya, biawak, ular, elang, dan lainnya. Telur yang berada di dalam tanah juga terancam oleh manusia selain predator.

Tempat bertelur maleo di Tanjung Binerean Bolaang Mongondow Selatan dikelola sejak 2008 dengan luas peneluran 0,35 ha, jumlah anak yang sudah dilepasliarkan sebanyak 639 ekor.

“Kami di pemerintahan daerah menerbitkan Perda Kawasan Ekisistem Esensial (KEE) koridor Tanjung Binerean,” kata Sri Maya Lamusu, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbangsa) Bolaang Mongondow Selatan.

Dalam catatan Wildlife Conservation Society pada 1994, Marc Argeloo, seorang naturalis Belanda dan peneliti maleo di era 1990-an dalam jurnalnya (1994) mengusulkan tempat bertelur maleo di Tanjung Binerean ini untuk dilindungi sebagai kawasan cagar alam.

Tahun 2014 lahir konsep awal untuk melindungi tempat bertelur maleo Tanjung Binerean melalui skema kawasan restorasi ekosistem namun upaya ini tidak berlanjut.

Pada 2018 Bupati Bolaang Mongondow Selatan Iskandar Kamaru menerbitkan Peraturan nomor 78 tahun 2018 tentang penataan kawasan pengungsian satwa khususnya bagian koridor yang terletak di kawasan areal penggunaan lain.

Baca juga: Tak Hanya di Tol Permai, Pelintasan Satwa Liar Juga Ada di Tol Sibanceh

Pada 2019 Iskandar Kamaru meningkatkan perlindungan koridor ini dengan menerbitkan keputusan nomor 289 yang membentuk forum kolaborasi pengelolaan koridor hidupan liar Tanjung Binerean sebagai bentuk dukungan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara.

Pada 2021, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2, yang mengatur penataan kawasan pengungsian satwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesisir Selatan Sumbar Dilanda Banjir, 1 Jembatan Ambruk dan Ratusan Rumah Terendam

Pesisir Selatan Sumbar Dilanda Banjir, 1 Jembatan Ambruk dan Ratusan Rumah Terendam

Regional
Diguyur Hujan Deras, 1.695 Rumah di OKU Terendam Banjir

Diguyur Hujan Deras, 1.695 Rumah di OKU Terendam Banjir

Regional
Cerita Ibu yang Anaknya Muntah-muntah Diduga Keracunan Bubur Pemberian DPPKB

Cerita Ibu yang Anaknya Muntah-muntah Diduga Keracunan Bubur Pemberian DPPKB

Regional
'Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya'

"Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya"

Regional
 Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Regional
Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Regional
Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Regional
Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Regional
Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Regional
Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Regional
Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Regional
20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

Regional
Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Regional
Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Regional
Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com