KOMPAS.com - Salah satu hasil karya sastra dari Indonesia berupa puisi lama yang sangat terkenal adalah Gurindam Dua Belas atau Gurindam 12.
Kemunculan karya sastra Gurindam Dua Belas ini sangat terkait dengan penyebaran agama dan budaya Islam di Nusantara.
Baca juga: Museum Raja Ali Haji, Menelusuri Batam Sejak Kesultanan Riau Lingga
Pengaruh agama dan budaya Islam berkontribusi besar dalam tatanan kehidupan masyarakat Melayu, termasuk di Kerajaan Riau-Lingga, Kepulauan Riau.
Baca juga: Sejarah Raja Ali Haji Bapak Bahasa Indonesia, Termasuk Karya Sastranya
Keistimewaan dari Gurindam Dua Belas yaitu menjadi karya sastra yang mampu tegak sendiri tanpa kawan.
Baca juga: Jadi Google Doodle Hari Ini, Siapa Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad?
Gurindam Dua Belas adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, sosok pujangga Melayu asal Kepulauan Riau.
Karya sastra ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena terdiri dari dua belas pasal.
Dilansir dari laman Kemendikbud, karya sastra Gurindam Dua Belas ditulis dengan bahasa Melayu Kuno.
Gurindam Dua Belas dikategorikan sebagai “Syi’r Al-Irsyadi” atau puisi didaktik karena berisikan nasehat atau petunjuk hidup.
Raja Ali Haji selesai menulis Gurindam Dua Belas pada 23 Rajab tahun 1263 Hijriah atau pada tahun 1846 Masehi.
Masuknya pengaruh barat dan terjadinya pergeseran nilai-nilai kehidupan masyarakat Melayu yang bertentangan dengan Islam menjadi salah satu penyebab diciptakannya Gurindam Dua Belas.
Latar belakang terciptanya Gurindam Dua Belas yaitu rasa keprihatinan Raja Ali Haji terhadap kondisi kehidupan masyarakat Melayu (Kerajaan Riau-Lingga).
Beliau ingin menciptakan sebuah karya sastra sebagai tanggung jawab moral untuk memelihara dan mempertahankan eksistensi agama dan budaya Islam yang menjadi pegangan hidup masyarakat Melayu.
Melalui Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji berusaha agar agama dan adat-istiadat bernafaskan Islam melembaga kembali dalam kehidupan masyarakat Melayu.
Tak heran jika pesan yang termuat dalam Gurindam Dua Belas berisikan tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti, dan cara hidup bermasyarakat.
Ciri dari gurindam pada umumnya adalah bentuk puisi yang terdiri dari dua baris dalam satu bait.
Pada sebuah gurindam, baris pertama merupakan suatu sebab dan baris kedua merupakan simpulan akibat.
Pada tiap baris, jumlah kata-kata tiap baris dan suku kata tidak terbatas. Walau begitu, suku kata pada baris pertama dan kedua diusahakan sama untuk menjaga keseimbangan irama.
Gurindam umumnya memiliki nasihat atau makna dalam syairnya, seperti yang termuat dalam Gurindam Dua Belas.
Raja Ali Haji sendiri menerjemahkan Gurindam Dua Belas pada bagian mukadimah yang berbunyi :
Adapun arti gurindam,
adalah perkataan bersajak.
Pada akhir pasangannya,
sempurna perkataannya.
Dengan satu pasangannya sajak pertama isyarat,
Sajak kedua jawabannya.
Persimpangan yang indah-indah,
yaitu ilmu yang memberi faedah.
Aku hendak bertutur,
akan gurindam yang teratur.
Dilansir dari laman Pemerintah Provinsi Riau, berikut adalah isi pasal Gurindam Dua Belas.
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat.
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.
Ini gurindam pasal yang kedua:
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.