JAMBI, KOMPAS.com - Masyarakat Kerinci memiliki tradisi yang luhur untuk mengantar seseorang yang akan pergi menunaikan ibadah haji di Mekkah.
Calon jamaah haji dahulu kala, menempuh perjalanan berat dengan berjalan kaki mendaki Bukit Barisan, menunggang kuda untuk sampai ke pelabuhan dan membutuhkan waktu tiga bulan untuk sampai ke Mekkah dengan menumpang kapal.
Ibadah haji adalah peristiwa luar biasa bagi masyarakat Kerinci ratusan tahun lalu. Oleh karena itu, mereka melakukan doa-doa sebelum keberangkatan haji.
Prosesi doa yang diawali kenduri dan kumpulnya pemuka adat serta kerabat ini dinamakan tale naik haji.
"Tidak ada catatan yang jelas, kapan tradisi tale dimulai. Yang jelas masyarakat Kerinci sudah melaksanakan ibadah haji, jauh sebelum kolonial Belanda," kata Dosen Sejarah Universitas Batanghari, Deki Syaputra melalui pesan singkat, Kamis (22/7/2021).
Baca juga: Tradisi Ramah Lingkungan Warga Kulon Progo, Gunakan Daun Kelapa Bungkus Daging Kurban
Ia mengatakan seorang pejuang dari Kerinci yang memerangi Belanda pada 1901-1906 bernama Ismail, telah menyandang gelar haji.
Saat melakukan ibadah haji, masyarakat Kerinci pergi ke pelabuhan di Bengkulu, Indrapura dan Sumatera Barat dengan berjalan kaki atau menunggang kuda.
Bukti masyarakat Kerinci telah melaksanakan ibadah haji jauh sebelum kolonial Belanda adalah tersimpan peta kota Mekkah dan Madinah sebagai benda pusaka.
"Benda-benda pusaka di Kerinci usianya sudah ratusan tahun. Salah satu pusaka orang Kerinci adalah peta Kota Mekkah dan Madinah tempo dulu," kata Deki menjelaskan.
Baca juga: Lestarikan Tradisi, Desa Kelayu di Lombok Timur Potong 50 Sapi Kurban
Sementara itu, Nuzmi Sasferi dalam Jurnal Islamika, Volume 16 Nomor 1 Tahun 2016 mengatakan prosesi tradisi tale naik haji dimulai dengan kenduri untuk mengumumkan niat ibadah haji seseorang kepada keluarga dan tetangga.
Setelah kenduri dilakukan, maka secara bergiliran dari keluarga mengundang seseorang yang ingin berangkat haji, untuk mengikuti prosesi tale naik haji atau ditalekan.
"Tale ini dilakukan terus menerus sampai keberangkatan. Saat waktu keberangkatan tiba, semua keluarga dan tetangga akan berkumpul di masjid untuk melepas kepergian, biasanya dihadiri pemuka adat seperti Depati dan Ninik Mamak," tulis Sasferi.
Setelah pelepasan resmi dilakukan, semua orang turut mengiringi seseorang yang ingin berangkat haji dengan lantunan syair tale.
Berikut petikan lantunan syair tale yang jamak digunakan.
Raski Allah kinilahtibea (Rezki Allah kinilah tiba)
Labbaikallah la tbe pulo (Labbaikallah telah datang pula)
Lurus niak benne palangkah (Luruskan niat betulkan langkah)
Jangie ranok cameh kamai mulangkah (Jangan anak cemas kami melangkah)
Kapado Tuhan kito balindung (Kepada tuhan kita berlindung)
Kapado Allah kito basarrahdihi (Kepada Allah Kita berserah diri)
Nyampe takdir kamai tinggah di Makkah (Jika takdir kami tinggal di Mekkah) Kuteklah sarine tuloh dingan due (Bunyikan serine tolong dengan doa)
Samo kito basabar jangie lah rusuh (Sama-sama kita bersabar janganlah rusuh)
Mudahan-mudahan di surgea kito busuo (Mudah-mudahan di surga kita bersua)
(Kehadapan Allah kami bersyukur) Sagalu rahmat lah ditarimo (Segala rahmat telah diterima) Nikmak dunia lah diraso (Nikmat dunia telah dirasa)