Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Sejarah Peradaban yang Terancam Tenggelam karena Krisis Iklim

Kompas.com - 02/11/2022, 12:33 WIB
Riska Farasonalia

Penulis

KOMPAS.com - Kota Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menghadapi berbagai dampak krisis iklim.

Adapun sejumlah dampak krisis iklim yang mengancam Kota Semarang yakni banjir rob, penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut.

Dampak dari krisis iklim itu pun tidak hanya berpengaruh terhadap politik, ekonomi, sosial, tetapi juga sejarah peradaban dan budaya.

Baca juga: Banjir Rob Kembali Terjang Pasar Tambaklorok Semarang, Pedagang: Padahal Panas, Kok Tiba-tiba Basah

Situs sejarah tenggelam

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu mengatakan, sejumlah riset membuktikan ada hubungan kuat antara krisis iklim dan kebudayaan.

Berdasarkan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) menyatakan, krisis iklim mengancam situs warisan dunia atau World Heritage, saat ini dan di masa depan.

"Keberadaan situs-situs bersejarah turut terancam dengan meningkatnya jumlah bencana hidrometeorologi yang diperparah krisis iklim seperti banjir, kekeringan, curah hujan ekstrem, longsor, siklon tropis dan kejadian ekstrem lainnya," kata dia dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (2/11/2022).

Menurut dia, krisis iklim bukan lagi fenomena, melainkan sudah menjadi ancaman, termasuk bagi Kota Semarang yang memiliki ratusan bangunan bersejarah.

"Krisis iklim juga mengancam peradaban dan kebudayaan kita sebagai manusia. Bukan cuma kota dan permukiman yang terancam tenggelam, tapi juga sejarah kehidupan dan identitas warganya. Apabila dibiarkan, hanya akan tersisa cerita untuk anak dan cucu kita,” ucap dia.

Seperti yang terjadi pada Februari 2021, Kota Semarang dilanda banjir yang cukup luas sehingga kawasan bersejarah Kota Lama pun turut terdampak.

Bahkan, permukiman warga di kawasan pesisir Kota Semarang seperti di Kelurahan Tanjung Emas kerap diterjang banjir rob.

Hal itu diperparah dengan jebolnya tanggul laut di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas pada Mei 2022 yang mengakibatkan ratusan rumah warga terendam banjir rob.

Baca juga: Rumah Baca Apung Tambak Lorok Semarang Riwayatmu Kini

Jalur rempah

Selain Kota Semarang, dampak krisis iklim juga mengancam wilayah Demak.

Sejumlah desa di Kecamatan Sayung, Demak tercatat sudah tenggelam akibat banjir rob.

"Padahal, sejarah mencatat bahwa Demak dan Semarang termasuk jalur rempah. Jejak jalur rempah ini diyakini merupakan warisan budaya yang turut membentuk peradaban masyarakat," ujar dia.

Sementara itu, Ahli Tata Ruang dan Planologi, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila mengatakan, pemerintah perlu mengintegrasikan penataan ruang dan lingkungan untuk meminimalisir dampak krisis iklim.

“Perencanaan tata ruang perlu dilakukan dengan menggali faktor sejarah,” ujar dia.

Berdasarkan kajian Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) bekerja sama dengan Laboratorium Geodesi ITB menyampaikan banjir rob di Pantai Utara Jawa pada 23 Mei 2022 sangat erat kaitannya dengan penurunan tanah atau land subsidence.

Kepala Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB Heri Andreas mengatakan, banjir rob diperparah oleh terjadinya gelombang tinggi dan jebolnya tanggul di beberapa tempat.

"Laju atau kecepatan penurunan tanah di Semarang, Pekalongan, dan Demak saat ini ada yang mencapai 10 hingga 20 sentimeter per tahun. Ini merupakan laju tercepat yang tercatat di dunia," ujar Heri diberitakan Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Baca juga: Cerita Warga Tambaklorok Semarang, 10 Tahun Bergelut dengan Banjir Rob

Transisi energi bersih

Disamping itu, wilayah yang rentan terdampak krisis iklim yakni di Batang karena diperparah dengan adanya pembangunan PLTU batubara yang tidak ramah lingkungan.

Menurut Bondan, PLTU batubara menyumbang polusi udara pekat dan banyak kerusakan lingkungan lainnya, khususnya bagi ekosistem pesisir pantai.

Namun, Pemerintah Indonesia justru tetap membangun 13,8 GW PLTU batubara baru, yang sebagian besar akan dibangun di Pulau Jawa.

"Sungguh disayangkan Indonesia masih belum bisa lepas dari ketergantungan terhadap batubara di tengah tren global yang sedang bergerak melakukan transisi energi secara masif," ungkap dia.

Maka dari itu, kata dia diperlukan aksi iklim yang nyata dan ambisius pada sektor ini untuk mengurangi dampak krisis iklim.

"Krisis iklim bukanlah proyeksi di masa depan karena sudah terjadi saat ini dan kita semua sudah merasakan dampaknya, bahkan mengancam sejarah peradaban manusia," ungkap dia.

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah dapat mempercepat proses transisi energi menuju energi bersih dan terbarukan untuk mengurangi dampak krisis iklim.

"Sudah saatnya pemerintah mempercepat proses transisi energi menuju energi bersih dan terbarukan untuk mencegah tenggelamnya sejarah dan peradaban masyarakat karena krisis iklim," ujar dia.

Dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia menyebutkan, sektor energi akan menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia pada 2030 mendatang.

Selain itu, panel ilmiah PBB untuk perubahan iklim (IPCC) juga sudah menegaskan bahwa setidaknya dunia harus menutup 80 persen PLTU batubara pada 2030, serta meninggalkan batubara secara total di 2040 jika tak ingin terjebak krisis iklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Mengaku Sudah Persiapkan Berlabuh ke Partai Politik

Gibran Mengaku Sudah Persiapkan Berlabuh ke Partai Politik

Regional
Hadiri Rapat Pleno Penetapan Kursi DPRD Solo, Gibran: Tak Sabar Terima Banyak Masukan

Hadiri Rapat Pleno Penetapan Kursi DPRD Solo, Gibran: Tak Sabar Terima Banyak Masukan

Regional
Presiden Jokowi Nikmati Singang dan Cumi Sirabage Saat Makan Siang di Sumbawa

Presiden Jokowi Nikmati Singang dan Cumi Sirabage Saat Makan Siang di Sumbawa

Regional
Petuah Jokowi Setelah Presiden-Wakil Presiden Dilantik, Gibran: Langsung Kerja, Kerja

Petuah Jokowi Setelah Presiden-Wakil Presiden Dilantik, Gibran: Langsung Kerja, Kerja

Regional
Curiga Selingkuh dengan Alasan ke Pasar, Suami Bacok Istri di Lampung

Curiga Selingkuh dengan Alasan ke Pasar, Suami Bacok Istri di Lampung

Regional
300 Kg Ganja Disembunyikan di Perbukitan Aceh, 1 Kurir Ditangkap

300 Kg Ganja Disembunyikan di Perbukitan Aceh, 1 Kurir Ditangkap

Regional
Warga Temukan Bayi Dalam Plastik di Rokan Ilir, Diduga Dibuang Orangtuanya

Warga Temukan Bayi Dalam Plastik di Rokan Ilir, Diduga Dibuang Orangtuanya

Regional
Nobar Indonesia Vs Irak di Balai Kota Solo, Gibran: Timnas Menang, Timnas Kalah Pokoknya Sampah Dibawa Pulang

Nobar Indonesia Vs Irak di Balai Kota Solo, Gibran: Timnas Menang, Timnas Kalah Pokoknya Sampah Dibawa Pulang

Regional
Pesan Ibu Pratama Arhan ke Timnas U23 Indonesia: Bangkit, Tunjukkan pada Dunia Kita Bisa

Pesan Ibu Pratama Arhan ke Timnas U23 Indonesia: Bangkit, Tunjukkan pada Dunia Kita Bisa

Regional
Prajurit TNI Diserang KKB Saat Berpatroli di Paniai Papua Tengah

Prajurit TNI Diserang KKB Saat Berpatroli di Paniai Papua Tengah

Regional
KPU Magelang Terima 2 Orang Konsultasi Calon Independen Pilkada

KPU Magelang Terima 2 Orang Konsultasi Calon Independen Pilkada

Regional
Penjaringan untuk Pilkada, PDI-P Pemalang Sebut Bacalon Harus Ber-KTA Partai Banteng

Penjaringan untuk Pilkada, PDI-P Pemalang Sebut Bacalon Harus Ber-KTA Partai Banteng

Regional
Tepat di Hardiknas, 4 Disabilitas Tunanetra Berjuang Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Tepat di Hardiknas, 4 Disabilitas Tunanetra Berjuang Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Regional
HUT Ke-477 Semarang, Mbak Ita: Paparkan Pencapaian Nilai Investasi Tumbuh 100 Persen hingga Kemiskinan Terendah di Jateng

HUT Ke-477 Semarang, Mbak Ita: Paparkan Pencapaian Nilai Investasi Tumbuh 100 Persen hingga Kemiskinan Terendah di Jateng

Regional
Prabowo Ingin Libatkan Megawati dalam Penyusunan Kabinet, Gibran: Semuanya Kami Mintain Masukan

Prabowo Ingin Libatkan Megawati dalam Penyusunan Kabinet, Gibran: Semuanya Kami Mintain Masukan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com