Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Sukoharjo Manfaatkan Air Hujan, Diyakini untuk Terapi Pengobatan Penyakit, Ini Tanggapan Dinkes

Kompas.com - 10/09/2022, 12:34 WIB
Labib Zamani,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Kemudian air hujan yang basa hasil elektrolisasi, diyakininya dapat digunakan sebagai terapi pengobatan penyakit dalam.

Banyak warga dari berbagai daerah di Solo raya, Purwokerto, dan lain-lain yang datang ke rumah Wahyu untuk terapi pengobatan dengan menggunakan air hujan tersebut.

Para pasien yang datang ke rumahnya ada yang mengeluhkan sakit asam lambung, gula darah, asam urat, kolestrol dan lain-lain. Wahyu pun menyarankan untuk terapi pengobatan penyakit dalam minimal sehari harus minum 1,5 liter air hujan yang telah diolah tersebut.

"Karena memang ini terapi jadi harus banyak (minum) dan rutin," tegas dia.

Dalam sehari, Wahyu bisa menghabiskan dua galon air hujan yang telah diolah secara elektrolisasi sebagai terapi pengobatan. Wahyu tidak pernah memungut biaya sepeser pun dari pasien alias gratis.

"Kalau yang ke sini itu saya tidak pernah menghalangi ke dokter. Malah saya suruh ke dokter. Obat dokter silakan, air hujan ini harus diminum. Kalau sembuh Alhamdulillah karena kita hanya sebagai perantara," terangnya.

"Tidak ada tarif. Ini sifatnya sedekah air hujan. Jadi yang ke sini itu tidak pernah saya tarik biaya," tambah Wahyu.

Penjelasan dinas

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Tri Tuti Rahayu mengatakan, belum menerima laporan terkait praktik pengobatan menggunakan elektrolisasi air hujan di Kecamatan Bendosari, Sukoharjo.

Menurut dia air hujan mengandung korosi dan basa. Kalau digunakan sebagai terapi pengobatan masih harus dilakukan analisis dan pemeriksaan lebih lanjut melalui laboratorium.

"Saya belum berani memastikan (bisa untuk pengobatan apa tidak). Karena harus ada analisis dan pengecekan laboratorium air hujan ini mengandung apa-apa yang sudah dialiri listrik dan lain-lain. Kapasitasnya di dalamnya harus ada pemeriksaan khusus. Saya belum berani menyatakan aman atau tidak kalau belum ada pemeriksaan lebih lanjut," kata Tri Tuti dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (9/9/2022).

Pihaknya mengatakan akan meninjau ke lokasi praktik untuk mengetahui kebenaran terkaik praktik pengobatan elektrolisasi dengan menggunakan air hujan.

Mengenai pembukaan praktik tersebut, kata dia, semua yang berkaitan dengan kesehatan manusia harus berizin.

"Kalau hubungannya dengan kesehatan manusia harus berizin. Kedua laporan belum ada saya cek dulu ke bawah kebenarannya," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Regional
Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Regional
Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Regional
Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com