Emma Karubaba, pengelola SPBN Sanggeng, mengatakan, kuota BBM yang diberikan oleh Pertamina setiap bulan hanya 100 kiloliter untuk Pertalite dan 20 kiloliter untuk bio solar.
"Dengan kuota 100 KL (kiloliter) setiap bulan ini kita terpaksa bagi. Jadi satu pekan dilakukan pengisian dua kali, yakni di Hari Selasa dan Hari Sabtu," kata Emma saat ditemui di rumahnya.
Sama dengan nelayan, bagi Emma, kenaikan harga BBM merupakan keputusan pemerintah yang mau dan tidak mau harus diikuti. Hanya saja, sebagai penyedia BBM untuk nelayan, dia meminta kebutuhan nelayan dipenuhi.
"Kami berusaha dengan modal sendiri, pemerintah belum pernah bantu kami dalam modal," katanya.
Baca juga: Dewan Adat Doberai Papua Barat Turun Tangan Tertibkan Aktivitas Tambang Emas di Manokwari
"Kami berharap pemerintah melalui instansi terkait dapat memberikan kuota BBM lebih agar dapat mencukupi kebutuhan nelayan," ucapnya.
Emma mengatakan, butuh tambahan kuota Pertalite 50 kiloliter supaya dapat mengurangi antrean di SPBN.
"Kami sudah berupaya mengajukan usulan melalui Dinas Perindag Kabupaten Manokwari. Mudah-mudahan dapat didukung oleh Pak Bupati sehingga permintaan tambahan kuota diakomodasi oleh BPH Migas," jelasnya.
Sebelumnya, SPBN Sanggeng mendapat kuota 120 kiloliter, namun dikurangi menjadi 100 kiloliter.
"Kemarin waktu masih ada tambahan 20 kiloliter antrean yang kita siasati setiap satu pekan tiga kali antrean. Namun karena dikurangi kita kurangi hari antrean," tuturnya.
Soal kenaikan harga, pihaknya hanya menyesuaikan berdasarkan ketetapan pemerintah. Dengan begitu, mulai besok, Selasa (6/9/2022), harga BBM di SPBN itu mengikuti harga terbaru.
"Kita akan sesuaikan harga BBM per liter Rp 10.000 untuk Pertalite per Selasa besok. Kalau Sabtu kemarin kita masih gunakan harga lama yakni Rp7.000," ungkapnya.