Awalnya, bangunan Monumen Pers Nasional yang beralamat di Jl Gajah Mada 59, Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari itu merupakan balai berkumpulnya para penghuni Pura Mangkunegaran.
Berdiri pada 1918 atas perintah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara VII, gedung itu dulunya bernama Societeit Sasono Soeko Mangkunegaran.
Letaknya di sebelah barat Pura Mangkunegaran.
Sasono Soeko adalah satu dari tiga bangunan societeit yang pernah ada di Surakarta selain Societeit Harmoni dan Societeit Habiproyo.
Baca juga: Empat Pusaka Dalem Dikirab Keliling Pura Mangkunegaran Solo
Perancangnya adalah Mas Aboekassan Atmodirono, arsitek pribumi pertama di Nusantara.
Pria kelahiran Wonosobo, 18 Maret 1860 itu nasibnya sungguh beruntung karena pernah merasakan sekolah untuk anak-anak Belanda dan bangsa Eropa lainnya, Europeesche Lagere School atau ELS.
Bersama Mangkunegara VII, keduanya memadukan kultur Timur dan Barat pada tampilan bangunan. Perkumpulan Budi Utomo menjadi wadah bertemunya Mangkunegara VII dan Mas Aboekassan karena keduanya aktif di organisasi itu.
Menurut buku "Monumen Pers Nasional: Spirit Journalist of Indonesia", gaya Timur desain gedung diwakili oleh bentuk cakrik atau fasad menyerupai Candi Borobudur.
Sedangkan gaya Barat terlihat dari bentuk jendela, pintu, dan langit-langit yang tinggi, khas arsitektur art deco Eropa di masa itu.
Baca juga: Malam 1 Suro, Pura Mangkunegaran Solo Gelar Kirab Pusaka Dalem, Ini Pesan Mangkunegara X
Sebagai lokasi pertemuan, Sasono Soeko pernah dijadikan tuan rumah rapat pendirian Solosche Radio Vereeniging (SRV) atau Perkumpulan Radio Solo pada 1 April 1933.
Inilah stasiun radio pertama yang dimiliki pribumi dengan format siaran soal budaya ketimuran. Dikelola oleh Sarsito Mangunkusumo, insinyur lulusan Techniche Hogeschule Delft, Belanda dan bergelar Raden Mas.
Ia tangan kanan Mangkunegara VII untuk urusan infrastruktur publik yang dibangun Pura Mangkunegaran.
Baca juga: Gusti Nurul, Putri Mangkunegaran yang Menolak Pinangan Soekarno
SRV adalah cikal bakal lahirnya Radio Republik Indonesia. Panitia tender kantor pertama SRV dibentuk oleh keponakan Sarsito, yakni Ir Sediyatmo, penemu pondasi bangunan cakar ayam yang terkenal.
Mengutip buku Babad Sala, studio SRV berhasil berdiri di atas lahan pemberian Mangkunegara VII seluas 6.000 m2 yang berlokasi di Kampung Kestalan.
Pada 29 Januari 1936, siaran SRV mulai mengudara diawaki para angkawasan pejuang seperti Sarsito.
Sasono Soeko sempat pula menjadi markas Palang Merah Indonesia Surakarta dan tempat rapat Bumiputera pada 1934.