Strata sosial paling atas yaitu mane leo (leo mane), dimana sosok ini menjadi pemimpin suatu klein yang didampingi leo fetor (wakil raja).
Baca juga: Keunikan Pakaian Adat Suku Rote NTT
Fungsi mane leo adalah mencakup urusan yang bersifat spiritual, sedangkan fetor terkait dengan urusan duniawi.
Filosofi orang Rote adalah mao tua do lefe bafi, artinya kehidupan dapat bersumber dari mengiris tuak dan memelihara babi.
Secara tradisional, orang-orang Rote memulai perkampungan melalui pengelompokan keluarga dengan pekerjaan mengiris tuak.
Demikian saat ada kumpulan pohon lontar pada kawasan tertentu, tempat itu juga menjadi pusat pemukiman pertama orang Rote.
Secara tradisional menyadap nira merupakan pekerjaan laki-laki dewasa saat berada di atas pohon.
Saat nira sampai di bawah, maka seluruh pekerjaan dibebankan kepada wanita.
Laki-laki suku Rote bangun pada pukul 03.30, dalam bahasa Rote disebut 'Fua Fanu Tapa Deik Malelo afe take tuk" (bangun hampir siang, berdiri tegak, dan cepat duduk).
Kepercayaan orang Rote pada Sang Pencipta, yaitu Lamatuan atau Lamatuak. Sosok tersebut dipandang sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi berkah yang dilambangkan dengan tiang bercabang tiga.
Saat ini, suku Rote banyak yang menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, maupun Islam.
Pulau Rote memiliki keindahan pesisir tropis dan pulau-pulau kecil yang sangat memukau.
Selain itu, ada pemandangan perbukitan yang berbatasan langsung dengan daerah pesisir khas pulau-pulau Nusa Tenggara Timur yang membuat Pulau Rote makin mempesona.
Pantai di Pulau Rote banyak yang menghasilkan rumput laut.
Pantai-pantai di sekitar Pulau Rote juga menjadi incaran para peselancar karena memiliki gulungan ombak besar, salah satunya Pantai Bo'a.
Baca juga: Batu Termanu Rote Ndao, Daya Tarik, Rute, dan Penginapan
Sejumlah pantai di Pulau Rote yang dapat menjadi tujuan wisata, yaitu Pantai Oeseli, Telaga Nirwana, Pantai Nembrala, Pantai Bo'a, Labirin Pantai Mulut Seribu, Pantai Tolanamon, Pantai Tiang Bendera, dan Pantai Oesosole.