Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Ma’ruf, Ph.D
Dosen Universitas Paramadina

Dosen Universitas Paramadina. Peneliti Pancasila dan Isu-Isu Kontemporer.
Direktur Real Thinkers Institute (RTI).

Papua, Moderasi Pembangunan Manusia Seutuhnya

Kompas.com - 02/09/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Nilai Kristen begitu menyatu dengan penduduk lokal, harus kita afirmasi bukan saja sebagai kearifan lokal, tapi kearifan internasional, artinya solid menjadi nilai yang sesuai, tidak bertentangan dengan nilai universal Pancasila.

Nilai ini yang dikehendaki setiap agama, diterima manusia manapun. Nilai ini cermin asli apa yang dimaui ideologi Pancasila. Oleh karena itu fakta kearifan itu perlu dijaga dan dilestarikan.

Adapun analisa historis, keadilan, dan seterusnya menjadi bahan sekunder, primernya fakta suci itu harus dijadikan pidato penting ketua Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), dalam kerangka pembinaan SDM berideologi berbangsa dan bernegara.

Pak Yudian harus hidup dengan mereka, menyerap energi suci ini dan membuat teori di sana. Gedung BPIP harus hidup dari energi surga ini.

Pendapat saya tentang kearifan lokal ini dikukuhkan oleh guru mereka, pak guru Nur yang sudah mengabdi puluhan tahun.

Saya menyertai pak guru Nur, pergi mengajar naik turun bukit tiap hari empat jam dari kota Jayapura ke Depapre, 26 Agustus 2022.

Kata pak Nur, jika tidak beruntung, ban meletus, harus berjalan dengan motor selama 14 km naik turun bukit, jalan rusak.

Kalau hujan, jalan licin, tak ada tukang tambal ban, jualan bensin, tak ada orang, lengang, cuma sesekali babi lewat dari hutan. Kadang orang asli Papua dari gunung-hutan satu dua, turun dari gunung-hutan lewat.

Ketabahan sikap pak Nur merupakan kearifan lokal yang telah menyatu dengan alam dan manusia lokal serta nilai Kristiani.

Bagaimana tidak, pak Nur seorang Muslim Muhammadiyah super taat, kesukuan Jawanya hilang demi kearifan yang alami ini, mengajar semua murid asli Tablanusu, Depapre, di SMK 3 yang semua beragama Kristen.

Di bawah kepemimpinan pak guru, kepala sekolah yang beragama Kristen.

Pak Nur juga ketua pembina nilai Pancasila. Rumah pak Nur di kota Jayapura, dikelilingi 100 kk asli Papua beragama Kristen.

Penduduk setempat membiarkan berdirinya masjid, tidak lebih 10 orang jamaah. Pak Nur merasa betah dan krasan di Jayapura karena alam dan orangnya.

Pak guru dari Boyolali ini tidak mau mengajar di kota, karena menurutnya “pengabdianya kurang”. Seorang guru seolah harus menderita beban fisik, agar tahu apa arti menjadi guru.

Pak Nur, bekas wartawan Jawa Pos dan mantan mahasiswa Uncen ini akan tinggal dan mengajar di Depapre sampai pensiun, bahkan sampai mati.

Itu juga kearifan lokal yang mengiternasional. Lebih dari moderasi beragama yang dimaksud pak Menteri Agama, Gus Yaqut dan para jajaranya.

Suatu malam bersama pak Nur, diskusi bersama dan berkesimpulan, jika suatu nilai primordial (fitrah) ada di masyarakat, maka di situ nilai Pancasila sudah tertanam secara implisit.

Fungsi guru mengekplisitkan dan menjelaskan nilai tersebut. Sekolah, gereja dan masjid adalah semacam organisasi, tempat pembantu dan pelayan nilai fitrah (primordial) bagi masyarakat.

Fungsi gereja dan masjid semestinya menjadi tempat dan membantu solidaritas kemanusiaan seutuhnya. Bukan mengubah seluruh nilai asli Papua.

Fungsi penyemaian nilai Pancasila sebagian ada di tangan pendeta dan ustadz dengan berbasis wawasan watak asli manusia (fitrah).

Jika terjadi gesekan pendeta dan ustadz, kemungkinan orang Papua akan jadi objek pendukung salah satu kubu. Karenanya konsep cinta kasih Kristen dan fitrah Islam perlu didialogkan dan disosialisasikan.

Pemerintah harus menjadi pelayan sebaik-baiknya bagi rakyat Papua. Bahkan dalam posisi tertentu tanpa hak dan kewajiban dua arah.

Cukup satu arah, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis dari negara. Soal makan, alam telah membuat rakyat Papua cukup protein, vitamin dan karbohidrat.

Pekerjaan nelayan dan berkebun, berburu di hutan secara alami cukup memenuhi kebutuhan mereka. Pemerintah bisa membantu agar terjadi pertukaran makanan dari hutan dan pesisir pantai.

Dinas Pekerjakaan Umum Pemda bisa mengontrol jalan-jalan yang rusak di seluruh Papua dengan drone setiap hari. Memperbaiki secepatnya.

Drone berukuran sedang dan besar bisa mengantar paket apa saja kesuluruh wilayah Papua. Paket pengadaan kapal untuk nelayan dan transportasi umum.

Pengadaan pesawat-pesawat kecil yang bisa take off dan landing di pantai sangat di butuhkan.

Jika masih puyeng, kirim mahasiswa dari luar Papua yang jago bikin drone, ajari mahasiswa elektro Papua kembangin drone. Teknologi drone lebih murah daripadaa pesawat angkut. Karenanya mendesak diwujudkan.

Jangan iming-imingi rakyat Papua dengan mimpi modern yang gagal, rakyat Papua harus hidup keras, bersaing, saling sikut di kota Jayapura, mengejar rupiah bak dollar.

Inilah yang membuat harga-harga di Papua mahal, seperti Singapura. Jangan sampai urbanisasi maut di Jakarta terulang. “Enough is enough”. Jangan rusak mereka dengan pikiran dan jiwa sakit manusia modern.

Biarkan rakyat Papua hidup di hutan dan pesisir pantai. Biarkan mereka hidup dengan cara barter. Bahagia dengan oksigen bersih.

Mengunyah pinang, berburu dan mencari ikan sambil bernyanyi sepanjang waktu. Di kelilingi lembah dan bukit yang elok. Sesekali ke kota lihat Persipura bertanding di stadion Lucas Enembe.

Bersorak dan bernyanyi lagu-lagu daerah yang damai dan indah. Stadiun bola adalah pusat pertemuan antar suku. Pembangun solidaritas kemanusiaan.

Kita dan saya adalah tamu, yang ingin bersaudara dengan meraka, tidak lebih. Segala macam pembangunan atas nama apa saja, harus minta ijin pemilik asli dengan cara baik-baik. Please, jangan sakiti mereka.

Karena mereka, sang Mutiara Hitam, pemikul terberat beban perbudakaan sebagaimana di Afrika. Itulah maksud pembebasan yang dimaksudkan Sukarno, Amanah Penderitaan Rakyat (APR) dari Sabang-Merauke, pelestarian amanah suci watak asli manusia.

Misi hakekat Pancasila adalah aktualisasi APR. Praktik teori Pancasila.

Mutlak menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, artinya mutlak menjamin “keamanan” kebahagiaan, kesehatan, kesejahteraan dan martabat hakiki orang asli Papua seutuhnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com