UNGARAN, KOMPAS.com - Kenaikan harga telur hingga di kisaran Rp 30.000 dinilai wajar karena merupakan masa keseimbangan baru.
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, yang terpenting saat ini adalah ketersediaan barang.
Baca juga: Peternak Minta Bansos Tak Dirapel 4 Bulan agar Harga Telur Ayam Stabil
Arief mengungkapkan masyarakat harus memahami kenaikan harga telur tersebut. "Harga rokok kisaran Rp 25.000 saja dibeli, ini telur satu kilo isi 16 butir harganya Rp 30.000 masak tidak rela (tidak bisa terbeli)," jelasnya dalam acara Rembug Perunggasan Nasional bertema Mensinergikan Semua Lini Perunggasandari Hulu ke Hilir Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah di The Wujil Resort & Convention, Kamis (25/8/2022).
Arief mengungkapkan di luar negeri, karena tidak ada telur sehingga harganya sangat mahal. "Ini akan lebih sulit jika peternak tidak mau memproduksi lagi. Maka nomor satu itu adalah ketersediaan dan baru ngomong soal harga," paparnya.
Kenaikan harga telur, lanjutnya, dipengaruhi beberapa komponen. Di antaranya pakan, sewa lahan, distribusi alat angkut.
"Komponen ini yang membentuk Harga Pokok Produksi (HPP). Kalau maunya telur ayam Rp 20.000 atau 22.000 per kilogram terus, yang ‘bonyok’ siapa, teman- teman peternak dan ini tidak adil,” kata Arief.
Ketua Pinsar Nasional, Singgih Januratmoko mengungkapkan produksi telur ayam nasional saat ini mencapai sekitar 270.000 ton per hari. "Kendalanya memang di harga sarana produksi peternakan yang juga tinggi," paparnya.
Selama 1,5 tahun, harga telur selalu berada di bawah harga produksi. "Otomatis peternak mengurangi populasi ayam 20-30 persen, maka saat ini sedang menuju keseimbangan baru," kata Singgih.
Kondisi sekarang peternak sedang menata kembali untuk bertahan dan hidup kembali. "Maka harga telur naik karena memang populasi berkurang dan biaya sarana produksi peternakannya juga terus naik," paparnya.
Dia menilai jika menjual telur Rp 22.000 hingga Rp 25.000 per kilogram, bagi peternak sangat berat. Menurut Singgih idealnya populasi ayam petelur berkisar 230 juta, namun saat ini masih sekitar 170 juta ekor.
Baca juga: Wapres Sebut Operasi Pasar Disiapkan Atasi Kenaikan Harga Telur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.