Penghujung 1948 jadi tahun yang panas di Jambi. Pesawat Belanda berputar-putar di langit Jambi. Pasukan terjun payung melompat dari pesawat dan segera menyerang pusat-pusat energi penting di Jambi waktu itu.
Tentara Indonesia yang dikomandoi oleh Soedarsono waktu itu segera membakar 30 sumur minyak yang ada di Kenali Asam.
Dua lokasi penghasil minyak di Jambi, yaitu Tempino dan Bajubang tidak berhasil dibumihanguskan. “Sebab waktu itu orang yang disuruh Soedarsono keburu dibunuh Belanda dan informasinya tidak sampai,” kata Puteri.
Baca juga: Kisah Sumiasih, Veteran Pembawa Amunisi untuk Pejuang Saat Perang Kemerdekaan
Tiga puluh sumur itu baru selesai dipadamkan oleh Belanda akhir Januari 1949.
Puteri mengatakan pada 29 Desember 1948, Tentara Nasional Indonesia dikalahkan dan Jambi jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya pada 31 Desember 1948 dan 1 Januari 1949, pasukan para atau pasukan terjun payung Belanda kembali ke markasnya di Bandung.
Tentara Belanda menangkap Raden Soedarsono hidup-hidup bersama pekerja laboratoriumnya.
Beruntung, Raden Soedarsono tidak dibunuh dan dibebaskan oleh Belanda. Dia sempat menjadi ketua Permiri di Jambi dan sempat menjadi wali kota Jambi dua periode pada 1949 sampai 1966. “Jambi punya peran penting saat itu,” kata Puteri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.