Di sisi lain, bala tentara Jepang yang akan memasuki Gorontalo belum juga datang.
Komite 12 yang baru terbentuk beberapa hari sebelumnya menilai saat itu merupakan kondisi dan situasi yang tepat untuk melakukan kudeta Pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di Gorontalo.
Para tokoh Komite 12 ini adalah Nani Wartabone sebagai ketua, Koesno Dhanoepojo sebagai wakil ketua, Oe Boeloati juga sebagai wakil ketua, anggotanya terdiri dari Usman Hadju, Usman Tumu, AG Usu, M Sugondo, RM Dhanu Watio, Sagaf Alhasni, Hasan Badjeber, AR Oeintoe dan Usman Monoarfa.
Para tokoh ini, terutama peran Nani Wartabone lalu menggerakkan masyarakat yang telah dilatih untuk mendatangi pusat kota, melakukan penangkapan dan perlucutan senjata tokoh pemerintahan kolonial saat itu.
Hebatnya, dalam peristwa ini tidak ada bentrokan fisik, tidak ada tembak-menembak sehingga kekerasan dapat dihindari.
Baca juga: Tersandung Dana Hibah, Mantan Ketua KONI Ditahan Polda Gorontalo
Semua petinggi pemerintahan kolonial saat itu langsung diamankan digiring ke penjara yang letaknya tidak jauh dari rumah asisten residen.
Di saat yang sama sejumlah orang juga mengamankan obyek vital seperti Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau perusahaan jawatan Pos, Telegram dan Telepon (PTT) yang berhadapan dengan kantor Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) dan rumah kontrolir.
Usai melakukan penangkapan dan pengamanan obyek vital oleh masyarakat sipil ini, para tokoh komite 12 dan masyarakat menuju lapangan.
Di tengah-tengah lapangan ini Nani Wartabone dengan lantang membacakan deklarasi kemerdekaan Indonesia, yang kemudian diikuti pengibaran bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Peristiwa bersejarah ini terjadi pada 23 Januari 1942.
“Sehingga kami warga Gorontalo selalu memeringati peristiwa ini setiap tanggal 23 Januari, kami menyebutnya dengan istilah Hari Patriotik,” kata Melki Amu, seorang guru di Suwawa.
Atas keberanian dalam perjuangan ini, Nani Wartabone dianugerahi Pemerintah Indonesia dengan gelar Pahlawan Nasional.
Perjuangan ini juga yang memberi energi positif bagi pergerakan nasionalsime di sekitar Gorontalo. Daerah-daerah di Teluk Tomini terinspirasi untuk bangkit melawan penjajahan.
Di lapangan Taruna Remaja ini juga berdiri patung Nani Wartabone, ia bertopi dan memegang senjata ringan di tangan kiri, tangan kanan menunjuk ke arah kantor pos.