LAMPUNG, KOMPAS.com- Kelahiran bayi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) di Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau, Lampung, disambut suka cita.
Kelahiran bayi gajah ini adalah yang pertama di luar habitatnya (eksitu).
Proses kelahiran bayi gajah seberat hampir 102 kilogram ini pun berlangsung dramatis.
Baca juga: Seekor Gajah Sumatera Jantan Adang Mobil di Riau
Suparman (41) mahot induk sang bayi, Mega, mengungkapkan bayi tersebut lahir pada Minggu (7/8/2022) sekitar pukul 07.24 WIB.
"Proses lahirnya sendiri sebenarnya cepat, hanya dari mulai, istilahnya kontraksi itu sampai bayi keluar agak lama," kata Suparman ditemui di lokasi, Senin (8/8/2022) siang.
Bersama dua mahot lainnya, Suparman bergadang sejak Jumat (5/8/2022).
"Mungkin dia (induk gajah) merasa tidak nyaman," kata Suparman.
Kini, bayi gajah yang masih dipanggil "bocil" atau bocah kecil itu dalam perawatan mahot dan induknya di LK Lembah Hijau.
"Induknya sangat protektif, hanya 'bau' manusia yang dia kenal yang boleh mendekat," kata Suparman yang merawat sejak sang induk hamil itu.
Baca juga: Bayi Gajah Putih Langka Lahir di Myanmar
Suparman mengungkapkan, angka kelahiran gajah ini sangat sedikit. Selain masa kehamilan yang lama, hingga 22 bulan, jarak antara kehamilan juga bisa sangat jauh.
Sepanjang pengalamannya lebih dari 20 tahun menjadi perawat gajah, satu induk bisa hamil lagi hingga tujuh tahun setelah kelahiran terakhir.
"Misalnya sekarang dia ini lahiran, nanti sekitar 6 - 7 tahun baru bisa hamil lagi," kata Suparman.
Lantaran sulitnya reproduksi gajah ini, kehamilan Mega diperhatikan sangat seksama oleh mahot.
Suparman mengatakan, perawatan selama kehamilan diantaranya menambah asupan makanan, suplemen vitamin dan sayur serta buah.
"Setiap hari dibawa jalan, sama seperti manusia, agar kelahirannya lancar, bisa mencapai 20 kilometer per hari," kata Suparman.
Baca juga: Gajah Sumatera Mati Setelah 3 Hari Dipasang Kalung GPS
Sementara itu, Koordinator Elephant Rescue Unit (ERU) Way Kambas Nazaruddin membenarkan angka kelahiran gajah ini sangat sedikit.
Bahkan berbanding terbalik dengan angka kematian akibat perburuan maupun kematian normal di alam liar.
"Rasio kelahirannya sangat sedikit sekali, satu induk bisa memerlukan waktu bertahun-tahun untuk hamil," kata Nazaruddin.
Kesulitan ini sudah dimulai dari mau tidaknya betina dibuahi oleh pejantan.
"Proses untuk kawinnya ini yang sebenarnya sulit, terutama betina," kata Nazaruddin.
Sehingga, kelahiran bayi gajah di luar habitat ini perlu diapresiasi.
Baca juga: Seekor Bayi Gajah Lahir di PLG Padang Sugihan Sumsel
Sementara itu, Komisaris Utama Taman Wisata Lembah Hijau Irwan Nasution mengatakan, kelahiran bayi gajah jantan ini adalah kado untuk dunia dari Lampung.
"Ini kado Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada 12 Agustus dari Lampung untuk dunia," kata Irwan.
Menurut Irwan, bayi hasil perkawinan antara Mega dengan Haris (jantan, 30 tahun) ini bukti konservasi bisa dilakukan di luar habitat dengan penanganan yang tepat.
"Kami bersyukur bisa mengembakbiakkan gajah di sini," kata Irwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.