JAMBI, KOMPAS.com - Gajah sumatera bernama Jeni ditemukan mati setelah tiga hari dipasang kalung sistem pemosisi global atau GPS. Belum diketahui penyebab pasti matinya gajah tersebut. Diduga, gajah mati akibat dehidrasi.
Pemasangan GPS collar atau kalung GPS ini dilakukan oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi pada 29 Juni 2022, berlokasi di kawasan ekosistem Hutan Harapan, Jambi. Pemasangan kalung GPS itu bertujuan untuk memantau pergerakan sang gajah.
"Belum bisa dipastikan sebabnya, hasil laboratorium belum keluar," kata Kepala Subbagian Tata Usaha BKSDA Jambi, Teguh Sriyanto, Minggu (24/7/2022).
Baca juga: Detik-detik Seorang Pekerja Perkebunan di Sumsel Tewas Terinjak Gajah
Teguh mengatakan, dugaan sementara gajah mengalami dehidrasi. Namun, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan penyebab gajah itu mati.
Uji laboratorium berlangsung di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan memeriksa sampel organ atau nekropsi.
Baca juga: Seekor Bayi Gajah Lahir di PLG Padang Sugihan Sumsel
"Sampel baru bisa diketahui setelah 2-3 minggu," kata Teguh.
Sebelumnya, alat GPS collar dipasang di leher Jeni pada 29 Juni 2022. Selang dua hari, tim mendapati pergerakan gajah sumatera terlihat statis.
Lantaran curiga, tim dokter dari BKSDA Jambi pun berupaya untuk mendatangi kembali lokasi gajah tersebut.
Ketika tiba di sana, tim menemukan gajah Jeni dalam kondisi yang sudah tampak lemah. Tim dokter kemudian berupaya memberi obat-obatan kepada gajah tersebut.
Tapi, upaya tersebut tak berhasil. Gajah Jeni akhirnya mati pada Sabtu 2 Juli 2022 dan langsung dikuburkan setelah tim mengambil sejumlah sampel organ tubuh gajah untuk diperiksa di laboratorium.
Dokter Hewan BKSDA Jambi, Zulmanudin yang terlibat melakukan pembiusan saat pemasangan kalung GPS collar ke leher gajah membantah penyebab kematian karena adanya kelebihan dosis bius.
"Tidak ada kelebihan bius. Penyebab kematian silakan ditanyakan kepada pimpinan saja ya, Mas," kata Zulmanudin melalui sambungan telepon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.