KOMPAS.com -Legenda Ciung Wanara adalah cerita rakyat Sunda, yang sangat terkenal.
Cerita rakyat ini tidak hanya terkenal di Jawa Barat saja melainkan di seluruh Nusantara.
Legenda Ciung Wanara dipercaya sebagai cerita rakyat di zaman Kerajaan Sunda Galuh.
Berikut ini Legenda Ciung Wanara.
Di Desa Karangkamulyan terdapat sebuah kerajaan yan bernama Kerajaan Galuh.
Kerajaan Galuh dipimpin raja yang bijaksana bernama Adimulya Sanghiang Cipta Permana Dikusumah dengan permaisuri Dewi Naganingrum.
Setelah beberapa tahun menikah, Dewi Naganingrum belum dikaruniai anak. Sementara, raja telah mengidam-idamkan memiliki anak untuk penerus tahtanya.
Akhirnya, permaisuri meminta raja menikah lagi. Awalnya, raja menolak, namun ia menyanggupi permintaan permaisuri dengan syarat wanita tersebut harus pilihan permaisuri.
Pilihan permaisuri jatuh pada Dewi Pangreyep (selir). Perintah yang awalnya ditolak itu, akhirnya diterima Dewi Pangreyep.
Dari pernikahan dengan baginda raja, Dewi Pangreyep hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Hariang Banga.
Baca juga: Legenda Putri Lumimuut, Asal-usul Etnis Minahasa
Kelahiran putera Dewi Pangreyep itu disambut suka cita oleh rakyat Galuh.
Namun kebahagiaan Dewi Pangreyep tidak berlangsung lama, karena Dewi Naganingrum tengah mengandung.
Dewi Pangreyep merasa gelisah, ia khawatir karena puteranya memiliki pesaing dalam pewarisan tahta raja.
Dewi Pangreyep mulai menyusun rencana supaya bayi Dewi Naganingrum tidak sampai lahir.
Dengan bantuan patih kerajaan bernama Bondan Sarati, Dewi Pangreyep mulai melancarkan siasat serta menyebarkan fitnah menggulingkan baginda raja agar mudah merebut tahta kerajaan.
Bondan Sarati yang diiming-imingi kedudukan itu terkena bujukan Dewi Pangreyep, keduanya sepakat melenyapkan bayi yang akan dilahirkan Dewi Naganingrum.
Selain itu, rakyat dipengaruhi agar tunduk dan patuh pada patih Bondan Sarati.
Baginda raja berhasil disingkirkan dari kerajaan ke sebuah tempat terpencil bernama Gunung Padang, letaknya di daerah Cikoneng, Ciamis.
Di tempat tersebut, baginda raja bertapa dan berganti nama menjadi Pandita Ajar Sukaresi, supaya tidak diketahui keberadaannya.