SERANG, KOMPAS.com - Kecelakaan mobil odong-odong di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Kampung Silebu Toples, Desa Silebu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, menyebabkan sembilan orang tewas.
Salah satu warga Kampung Silebu Toples, Aep Taryadi (49), mengatakan, kejadian kecelakaan disebabkan tidak ada palang pintu dan penjaga sudah dua kali terjadi dan membahayakan warga.
Warga sudah meminta agar pemerintah daerah memasang palang pintu agar tidak ada lagi kejadian dan korban jiwa.
"Mohon perlintasan ini dikasih pintu, kejadian ini yang kedua kali, sebelumnya itu pernah mobil angkot ditabrak," kata Aep kepada wartawan. Selasa (27/7/2022).
Baca juga: Sopir Odong-odong Disebut Tetap Melintas Rel meski Sudah Terdengar Klakson Kereta
Diungkapkan Aep, warga sudah mengajukan proposal kepada pemerintah agar dilakukan pemasangan palang pintu dan penjaga.
Sebab, lalu lintas kendaraan warga di perlintasan sebidang itu setiap hari sangat sibuk.
Selain itu, lalu lintas kereta semakin banyak setiap harinya sehingga kondisinya membahayakan keselamatan warga.
"Sudah beberapa kali mengajukan proposal, tapi belum pernah disetujui oleh PT KAI, sama Dishub Kabupaten Serang, ke Polres juga meminta dipasang sudah," ujar Aep.
Baca juga: Polisi Sebut Odong-odong Kelebihan Muatan Saat Tertabrak Kereta di Serang
Warga lainnya, Hari, mengaku banyak warga yang sukarela menjaga perlintasan walau tidak diberikan honor.
Namun, pada saat kejadian tidak ada warga yang menjaga sehingga Hari yang sedang menjaga lapak warung minuman berlari untuk memberitahukan kepada sopir.
"Tadi saya lari teriak sampai kesandung, tapi keburu ketabrak, saya sampai lemes gemetaran lihat korban terpental," kata Heri.
Sementara itu, Kepala Seksi Angkutan Barang dan Perkeretaapian Dishub Provinsi Banten Deni Hendra mengatakan, jalan di perlintasan sebidang statusnya milik Kabupaten Serang.
"Izin (pemasangan palang pintu) kabupaten mengacu rujukan Dishub Kabupaten, rapat, koordinasi untuk permintaan palang pintu koordinasi SKPD setempat Bappeda," kata Deni.
Deni menduga, belum dipasangnya palang pintu karena keterbatasan anggaran meski masyarakat sudah mengajukannya.
"APBD belum penuhi, mereka koordinasi caranya atau kegiatan pembangunan seperti ini butuh biaya Rp 500 juta. itu pun sangat sederhana bisa laksanakan satu palang pintu," ujar Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.