Sejak saat itu Pulau Rubiah tidak lagi menjadi pusat karantina haji. Tetapi, Kota Sabang masih menjadi jalur pemberangkatan haji sampai tahun 1970-an, melalui kampung haji.
Pulau Rubiah yang memiliki pemandangan wisata bahari yang menakjubkan menyimpan legenda tentang asal usul nama Pulau Rubiah.
Cerita berawal dari suami istri pada masa pemerintahan Sulthanah Ratu Syafiatuddin.
Suami merupakan ulama yang bernama Teungku Ibrahim dan bergelar Teungku Iboih, karena ia berasal dari daerah Iboih di Pidie, Aceh.
Teungku Iboih mengasingkan diri ke Pulau Weh (Sabang) guna mencari ketenangan spiritual.
Tak berapa lama kemudian, istrinya yang bernama Siti Rubiah memilih mengikuti jejak suaminya menetap di Pulau Weh. Siti Rubiah membawa keponakan dan seekor anjing.
Terjadi percecokkan antara Teungku Iboih dan Siti Rubiah. Teungku Iboih yang sorang ulama memahami bahwa agama Islam dilarang memelihara anjing karena air liurnya merupakan najis.
Namun, Siti Rubiah berpendapat bahwa anjing itu hanya untuk mengusir binatang pengganggu kebun sekaligus untuk melindungi rumah.
Baca juga: 5 Wisata Alam di Sabang, Bawah Laut hingga Gunung Api
Kemudian, musyawarah dilakukan untuk menyelesaikan masalah suami istri ini.
Lalu diputuskan bahwa suami berhak atas rumah yang terdapat di Pulau Weh dengan kebun-kebunnya.
Sedangkan, Siti Rubiah berhak atas hewan ternak dan diberikan tanah di pulau kecil yang dipisahkan oleh selat dangkal.
Kelak oleh masyarakat setempat, pulau itu bernama Pulau Rubiah. Sedangkan, nama Teungku Iboih diabadikan menjadi nama kecamatan di Pulau Weh atau Sabang.
Sumber:
haji.kemenag.go.id dan budaya-indonesia.org
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.