Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Jokowi, Sempat Diancam Akan Ditabrak Lari

Kompas.com - 02/07/2022, 07:04 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Tiga orang korban erupsi Gunung Semeru asal Desa Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berjalan kaki dari desanya menuju Jakarta.

Ketiga orang yang terdiri atas Nor Holik (41), Pangat (52), dan Masbud (36) ini akan menemui Presiden Jokowi agar menghentikan kegiatan penambangan pasir di Sungai Regoyo yang melintas di desanya.

Menurut Ketua Paguyuban Peduli Erupsi Nor Holik, penambangan pasir yang dilakukan dengan membuat tanggul melintang di tengah sungai itu mengakibatkan permukiman di sekitarnya terancam terkena aliran lahar dingin.

Baca juga: Tertibkan Penambangan Emas Liar di Aceh, Polisi Diadang Warga

Namun perjalanan yang dimulai sejak Selasa (21/6/2022) lalu tersebut rupanya tidak berjalan mulus.

Holik mengungkapkan, sempat mendapat ancaman akan ditabrak oleh seseorang usai singgah di Yogyakarta, Rabu (29/6/2022).

"Teman telepon katanya 'hati-hati jangan kirim video dan foto karena sampeyan akan ditabrak lari'," kata Holik saat singgah di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2022).

Usai menerima kabar tersebut, Holik bersama dua rekannya sempat menepi dan beristirahat di suatu tempat sambil memastikan situasi aman.

"Sempat kepikiran (menghentikan niat jalan kaki ke Jakarta) karena teman saya menerima informasi ada teror dari Lumajang," ujar Holik.

Meski demikian, mereka bertiga tidak bergeming dan melanjutkan berjalan kaki hingga Jakarta.

Baca juga: Beli BBM Subsidi Pakai MyPertamina, Warga Tasikmalaya: Bagus, Biar Mereka Sulit Beli Solar buat Penambangan Pasir Ilegal

Presiden menjadi satu-satunya harapan karena aspirasi mereka selama ini tidak digubris pemerintah daerah.

Holik mengatakan, tidak mempersoalkan kegiatan penambangan tersebut.

"Kami tidak menentang penambangan pasir, silakan saja. Tapi tolong, perhatikan keselamatan ladang dan keselamatan masyarakat sekitar," kata Holik.

Holik mengatakan, telah memprotes aktivitas penambangan tersebut berkali-kali ke pemerintah setempat.

Baca juga: Penambangan Pasir Ilegal di Nunukan, Camat Sebatik Induk Pastikan Tidak Ada Izin

Kekhawatiran Holik akhirnya terjadi pada 4 Desember 2021 lalu saat Gunung Semeru erupsi.

Desa Sumberwuluh tertimbun material pasir Gunung Semeru, karena aliran lahar dingin di sungai tersebut terhambat tanggul yang dibuat penambang.

"Seandainya protes kami dulu didengarkan, mungkin desa kami tidak tertimbun oleh pasir. Sekalipun juga terdampak, kami menduga tidak akan separah sekarang dan menimbulkan banyak korban jiwa," ujar Holik

"Inilah yang kami protes, kami menuntut keadilan. Tolong lindungilah warga dari ancaman bencana Pak Presiden," kata Holik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com