PURWOKERTO, KOMPAS.com - Tiga orang korban erupsi Gunung Semeru asal Desa Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berjalan kaki dari desanya menuju Jakarta.
Ketiga orang yang terdiri atas Nor Holik (41), Pangat (52), dan Masbud (36) ini akan menemui Presiden Jokowi agar menghentikan kegiatan penambangan pasir di Sungai Regoyo yang melintas di desanya.
Menurut Ketua Paguyuban Peduli Erupsi Nor Holik, penambangan pasir yang dilakukan dengan membuat tanggul melintang di tengah sungai itu mengakibatkan permukiman di sekitarnya terancam terkena aliran lahar dingin.
Baca juga: Tertibkan Penambangan Emas Liar di Aceh, Polisi Diadang Warga
Namun perjalanan yang dimulai sejak Selasa (21/6/2022) lalu tersebut rupanya tidak berjalan mulus.
Holik mengungkapkan, sempat mendapat ancaman akan ditabrak oleh seseorang usai singgah di Yogyakarta, Rabu (29/6/2022).
"Teman telepon katanya 'hati-hati jangan kirim video dan foto karena sampeyan akan ditabrak lari'," kata Holik saat singgah di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2022).
Usai menerima kabar tersebut, Holik bersama dua rekannya sempat menepi dan beristirahat di suatu tempat sambil memastikan situasi aman.
"Sempat kepikiran (menghentikan niat jalan kaki ke Jakarta) karena teman saya menerima informasi ada teror dari Lumajang," ujar Holik.
Meski demikian, mereka bertiga tidak bergeming dan melanjutkan berjalan kaki hingga Jakarta.
Presiden menjadi satu-satunya harapan karena aspirasi mereka selama ini tidak digubris pemerintah daerah.
Holik mengatakan, tidak mempersoalkan kegiatan penambangan tersebut.
"Kami tidak menentang penambangan pasir, silakan saja. Tapi tolong, perhatikan keselamatan ladang dan keselamatan masyarakat sekitar," kata Holik.
Holik mengatakan, telah memprotes aktivitas penambangan tersebut berkali-kali ke pemerintah setempat.
Baca juga: Penambangan Pasir Ilegal di Nunukan, Camat Sebatik Induk Pastikan Tidak Ada Izin
Kekhawatiran Holik akhirnya terjadi pada 4 Desember 2021 lalu saat Gunung Semeru erupsi.
Desa Sumberwuluh tertimbun material pasir Gunung Semeru, karena aliran lahar dingin di sungai tersebut terhambat tanggul yang dibuat penambang.
"Seandainya protes kami dulu didengarkan, mungkin desa kami tidak tertimbun oleh pasir. Sekalipun juga terdampak, kami menduga tidak akan separah sekarang dan menimbulkan banyak korban jiwa," ujar Holik
"Inilah yang kami protes, kami menuntut keadilan. Tolong lindungilah warga dari ancaman bencana Pak Presiden," kata Holik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.