Alasannya, karena harus menunggu calon PMI yang lain tiba.
Akhirnya, pada Jumat (16/6/2022) malam sekira 19.30 WIB, mereka diangkut pakai mobil pribadi langsung dibawa ke tepi laut.
"Saya nggak tahu itu dimana. Tapi banyak pohon kelapa dan langsung pinggir laut. Disitu hanya ada dua orang laki-laki, tekong dan ABK kapal yang kami jumpai," kata Denin.
Saat diturunkan dari mobil, satu rombongan Denin semua berjumlah 8 orang. Termasuk salah satu korban yang ditemukan meninggal dunia oleh Otoritas Singapura.
"Kami langsung disuruh cepat-cepat masuk kapal. Suruh baris rapat dan menundukkan kepala," kata Denin.
Hanya saja, setelah berlayar kurang lebih 30 menit, kapal yang mereka tumpangi mati mesin.
Baca juga: Sebagian PMI Ilegal Asal NTB yang Tenggelam di Batam Ditemukan Meninggal
Di tengah laut yang gelap gulita, gelombang disertai angin kencang pun menghantam kapal.
Menurut Denin, saat malam kejadian itu, rombongan calon PMI sudah histeris meminta tolong. Hanya saja, dengan kondisi yang gelap gulita, hanya ada lautan dan angin kencang.
"Kapal kami mulai dihantam ombak kuat hingga terbalik. Saat itu, saya hanya ingat anak dan istri. Berdzikir juga. Kapal pun akhirnya terbalik. Nggak terungkapkan lah kejadian itu," kata Denin.
Jika mengingat kejadian malam itu, Denin merasa tak kuat menahan kepiluan hatinya.
"Kejam lah. Sudah keluar duit, malahan seperti ini yang terjadi. Alhamdullillah masih dapat selamat, masih bisa ketemu anak dan istri nanti setelah pulang," kata Denin dengan mata berkaca-kaca.
Baca juga: Sebagian PMI Ilegal Asal NTB yang Tenggelam di Batam Ditemukan Meninggal
Uang tersebut telah ia bayar lunas pada agen penampung PMI di kampung halamannya bernama Tori.
"Saya langsung bayar cash itu. Kami, PMI bervariasi bayarnya. Ada yang bayar Rp 13 juta, ada yang Rp 8,8 juta dan ada juga yang Rp 6 juta, tergantung agen penampungnya," ujar Denin.
Denin mengaku uang yang ia gunakan membayar kepada agen penampung merupakan tabungan istrinya.