KUPANG, KOMPAS.com - Mariana Ludji (35), warga Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tak kuasa menahan tangisnya.
Mariana berulang kali menangis saat menyaksikan lima dari delapan tersangka melakukan reka ulang seluruh aksi mereka menganiaya suaminya, Buche Timo, hingga tewas.
"Saat kejadian saya sudah tidur karena sudah larut malam. Saya baru dikabari pada pukul 03.00 Wita. Saat saya datang suami saya sudah dimuat (dievakuasi) dengan mobil pikap," ujar Mariana Ludji, kepada sejumlah wartawan, Jumat (17/6/2022).
Mariana mengaku sangat terpukul ketika datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) SK Lerik Kota Kupang dan mendapati sang suami sudah terbujur kaku.
"Hati saya hancur karena Buche meninggalkan saya dan satu orang anaknya," kata Mariana lirih.
Wanita asal Kabupaten Sabu Raijua itu mengaku tidak dendam dengan para pelaku. Namun, ia masih sakit hati dan belum bisa menerima kenyataan.
Baca juga: Kasus Penganiayaan Guru di Kupang, Ternyata Ini Peran Istri Kepsek yang Jadi Tersangka
Ia makin terpukul saat mengetahui salah satu pelaku adalah orang yang sering bertandang ke rumahnya.
"(Tersangka BA) Tian saya kenal karena sering datang ke rumah," ungkapnya.
Ia makin sakit hati karena selama ini BA sering makan gratis di warung mereka.
"Kebetulan suami saya jualan makanan dan Tian sering ambil makanan tanpa membayar," ujar Mariana.
"Suami saya salah apa sehingga mereka tega aniaya dan bunuh suami saya," kata Mariana lagi.
Ia juga sedih karena anak tunggalnya kehilangan sosok sang ayah.
"Air mata ini belum kering. Ada tersangka yang sering merasakan kebaikan suami saya tapi justru mereka tega membunuh dia," imbuhnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.