Di kota ini pula ada markas besar UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) milik PBB.
Selama kuliah di Sorbonne, Daoed Joesoef sering mengunjungi perpustakaan UNESCO, juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan UNESCO.
Dari sinilah Daoed mengetahui bahwa lembaga ini menyediakan dana untuk pemugaran monumen nasional yang memiliki nilai kemanusiaan di negara mana saja.
Indonesia pada waktu itu termasuk anggota UNESCO, tetapi tidak memiliki perwakilan khusus di lembaga ini. Komunikasi dengan UNESCO ini hanya melalui Kedutaan Besar RI di Paris.
Pada saat itu, Daoed mengetahui UNESCO tengah mendanai proyek Abu Simbel, tepi Sungai Nil, Mesir.
Dalam dua atau tiga tahun lagi proyek ini selesai, setelah itu dana internasional UNESCO ini akan diperebutkan lagi oleh berbagai negara yang mengajukan proyek masing-masing dengan berbagai argumentasinya.
Daoed melihat peluang bahwa Indonesia dapat mengajukan bantuan UNESCO dalam pemugaran Candi Borobudur yang keadaannya sangat parah. Ini kesempatan emas, begitu pikir Daoed.
Sebetulnya pada tahun 1955 Indonesia pernah mengajukan perbaikan Candi Borobudur pada UNESCO, tetapi sepertinya pihak Kedutaan Besar RI pada waktu itu belum siap berdiskusi secara akademis.
Keinginan Daoed agar UNESCO bersedia membiayai penyelamatan Candi Borobudur begitu menggebu.
Akhirnya pada saat Letjen R. Askari menjadi Duta Besar RI di Paris dan UNESCO, maka Daoed kembali menguraikan kepada Dubes R. Askari perlunya penyelamatan Candi Borobudur dengan mengajukan dana internasional kepada UNESCO.
Askari tanggap, dia malah meminta agar Daoed terus berkiprah dan aktif di forum UNESCO. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu ikut mendukung sekaligus memberi kedudukaan formal kepada Daoed Joesoef berupa status “penasihat” delegasi Indonesia untuk UNESCO.
Daoed melaksanakan dengan sepenuh hati tugas negara ini. Daoed sambil kuliah di Sorbonne (1968-1971), sangat aktif meyakinkan dunia internasional tentang pentingnya penyelamatan dan pemugaran Candi Borobudur bagi kemanusiaan dan peradaban.
Tetapi, pada saat yang sama timbul pesaing dari negara lain, yaitu Kota Air Venesia (Italia) dan Mohenjodaro, kota tua di Pakistan.
Tetapi akhirnya Candi Borobudur keluar sebagai pemenang dalam perebutan dana internasional tersebut.
Pemugaran Candi Borobudur mulai dilaksanakan pada 10 Agustus 1973. Lembaga Pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pemugaran adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.