"Kalau yang batu nisan kayu itu sudah tak digunakan. Sekarang pakai baja semua," jelasnya menunjukan tumpukan batu nisan yang terbuat dari kayu jati itu.
Setelah puas di tempat peremajaan batu nisan, kami dibawa ke lokasi makam. Di sebuah pohon yang cukup besar Eko mengajak kami untuk berteduh sebelum melanjutkan perjalanan.
"Kalau di Candi sana cuma jenazah tentara KNIL. Yang di Kalibanteng ini ya tetap ada tentara, cuma ada juga rakyat sipil," ujar Eko.
Makam Ereveld Kalibanteng dibangun pada 1946 hingga 1950 ini berbentuk segitiga sama sisi. Kala itu Jalan Siliwangi masih bernama Grote Pstweg.
Makam Ereveld dibangun dinas pemakaman tentara milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), makam ini baru diresmikan pada 22 April 1949.
Meski pemakaman milik Belanda, orang yang dimakamkan di Ereveld Kalibanteng tak cuma tentara KNIL, namun ada juga masyarakat sipil.
Baca juga: Mengenal Vila Bella Vista, Bangunan Peninggalan Belanda di Kota Malang yang Terbengkalai
Banyak masyarakat sipil yang berasal dari tempat pengasingan tawanan milik Jepang yang berada di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyu Biru, Lampersari, dan Karangpanas.
"Lebih dari 3.000 jenazah korban perang disemayamkan di sini," jelasnya.
Menurut arsip catatan Ereveld, dahulu ada 22 Makam Kehormatan Belanda yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
Namun atas permohonan Pemerintah Indonesia setelah penyerahan kedaulatan di tahun 60-an, Makam Kehomatan Belanda tersebut dipusatkan di Pulau Jawa.
Orang yang dimakamkan di tempat tersebut juga berasal dari bermacam keyakinan mulai dari Kristen, Islam dan Yahudi. Mereka mempunyai ciri masing-masing di batu nisannya.
"Kalau yang Kristen kan salib, kalau yang Yahudi itu seperti bintang dan yang Islam itu yang lurus," imbuhnya.
Di bagian paling belakang pemakaman juga terdapat warga pribumi yang dimakamkan di lokasi tersebut. Mayoritas mereka beragama Islam.
"Mereka adalah bekas pasukan KNIL," katanya menjelaskan.
Selain pemakaman, di lokasi tersebut juga terdapat beberapa patung sebagai simbol kondisi dan nasib anak-anak serta perempuan saat penjajahan Jepang.
Salah satunya adalah patung anak-anak dengan tubuh yang terlihat kurang gizi. Tulang belulang di bagian rusuk terlihat menonjol.
"Sementara patung paling pojok itu adalah patung perempuan pribumi dan Belanda," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.