Rupanya dari catatan tersebut, Pulau sudah dikenal sejak Kerajaan Majapahit.
Dalam tradisi lisan, di daerah Riang Puho, Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur terdapat bekas telapak kaki pada sebuah batu yang ukurannya lebih besar dari kaki manusia.
Dalam tradisi lisan, masyarakat setempat meyakini bahwa telapak kaki itu adalah bekas telapak kaki Gajah Mada.
Pada tahun 1522, sebuah kapal Portugis bernama Victoria berlayar menuju Sabu dan Sumba.
Baca juga: 7 Tempat Wisata di Pulau Sumba yang Wajib Dikunjungi
Dari para penunjuk jalan, Antonio Pigafetta, perwira dalam kapal itu sering mendengar nama cendana. Lalu, ia menggambar peta yang diberi nama 'Cendam'.
Namun, seorang juru gambar bernama Jacopo Gastaldi menggambar sebuah peta lain yang diberi nama 'Subao'.
Kondisi Geografis Pulau Sumba
Luas wilayah Pulau Sumba 10.710 km2. Dengan titik tertinggi di Pulau Sumba adalah Gunung Wanggameti (1.225 mdpl).
Pulau Sumba memiliki empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
Pulau Sumba merupakan wilayah di Indonesia yang masih merawat tradisi megalitikum. Istilah megalitikum berasal dari mega berarti besar dan lithos yang berarti batu.
Karenanya, zaman megalitikum disebut sebagai zaman batu besar, yang mana masyarakat menggunakan peralatan dari batu yang ukurannya besar.
Pulau Sumba dikenal dengan sebutan negeri 1.000 Megalitik karena beberapa kuburan megalitikum masih dijumpai di wilayah pulau ini.
Wilayahnya mulai dari Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
Pulau Sumba memiliki beragama wisata alam.
Waikelo Sawah terletak di Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya.