Faridah mengatakan, masyarakat Nunukan memang butuh edukasi dan sosialisasi terhadap fungsi dan peran Dinsos dan P3A.
Selama ini, masyarakat Nunukan khususnya yang tinggal di pedalaman masih awam dengan penyakit langka seperti hidrosefalus.
Mayoritas dari mereka beranggapan bahwa penyakit tersebut akibat roh halus, dan diobati dengan ramuan dedaunan dan pengobatan alternatif/orang pintar.
Hanya saja, meski kadang pemerintah sudah siap untuk melakukan agenda sosialisasi dan edukasi kesehatan, masyarakat justru jarang yang berminat dan tidak datang saat diundang.
Baca juga: Hidrosefalus
"Padahal, masalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) cukup penting. Mereka bisa diberi tahu bagaimana tumbuh kembang anak, apa risiko tidak memeriksakan anak saat hamil. Nah, bisa jadi juga, si ibu tidak pernah peduli keadaan janinnya, sehingga melahirkan anak seperti kasus Aisyah ini," lanjutnya.
Dinsos dan DP3A Nunukan akan melakukan penelusuran lebih jauh, serta pendampingan atas kasus Aisyah.
Bukan hanya terkait kesehatan si bayi, melainkan mendalami kejadian sebenarnya dari asal muasal mengapa sampai terjadi kasus yang kini menjadi sorotan masyarakat di perbatasan RI–Malaysia ini.
"Sementara kita akan berfokus pada masalah kesehatan bayinya dulu. Selanjutnya akan ada tindakan lebih lanjut untuk ibunya dan kondisi yang dialaminya. Kami sangat prihatin atas keadaan ini," kata Faridah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.