Salin Artikel

Kisah Pilu Aisyah, Balita 2 Tahun Penderita Hidrosefalus, Dibiarkan akibat Kondisi Ekonomi

Ia hanya diam dan melirikkan matanya ke kanan dan ke kiri, tanpa mampu menopang ukuran kepalanya.

Irman, koordinator dan relawan peduli Aisyah, menuturkan, Aisyah sudah sekitar dua tahun menderita penyakit hidrosefalus. Kepalanya saat ini sudah membengkak sebesar helm.

"Dia berasal dari rahim ibu yang kondisi perekonomian dan keluarganya bisa dibilang kurang baik. Dia saat ini tinggal sendirian di mes perusahaan kelapa sawit dan harus mengurusi anaknya tanpa penghasilan tetap," ujarnya, Kamis (12/5/2022).

Ernawati (20), ibu dari bayi Aisyah, mengalami nasib kurang beruntung. Ketika anak sulungnya butuh perhatian serius akibat penyakit langka yang diderita, suaminya justru terlibat kasus pidana pencurian buah kelapa sawit milik perusahaan dan kini mendekam di penjara.

Ia pontang-panting bekerja serabutan di lingkungan perusahaan kelapa sawit sebagai tenaga kontrak, meski kini ia sedang hamil 5 bulan.

"Dengan kondisinya, kami mencoba berbuat untuk meringankan bebannya. Kami membawa Aisyah ke RSUD dan menghubungi Dinas Sosial agar Aisyah bisa lebih diperhatikan," imbuh Irman.

Irman menambahkan, para relawan akan membuka donasi dengan terlebih dahulu membukakan rekening atas nama Ernawati, ibu balita Aisyah.

Nantinya, seluruh dana yang masuk dari donasi masyarakat akan dikirim langsung ke rekening tersebut.

Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Nunukan Faridah Aryani mengatakan, pemerintah daerah langsung turun tangan dengan membuatkan BPJS untuk operasi Aisyah.

Ia menyesalkan kondisi Aisyah yang seakan dibiarkan lama, sehingga harus menunggu dua tahun baru mendapat tindakan medis.

"Seharusnya pemerintah terkecil seperti kepala desanya membentuk tim untuk masalah seperti ini. Kami tidak mendapat laporan adanya kasus ini, selanjutnya akan kami coba terus melakukan pemantauan dan pendampingan," ujarnya.

Kasus ini, kata Faridah, menjadi kasus cukup kompleks. Tidak hanya berkaitan dengan kesehatan anak, tetapi butuh perhatian lebih bagi ibu si bocah.

Dengan kondisi ekonomi yang terbilang kurang, keadaan keluarga yang ditimpa cobaan, psikologi ibu tentu memiliki pengaruh besar, bahkan bisa saja menjadi faktor lain bagaimana hidrosefalus terjadi.

"Biasanya kalau anak hidrosefalus, ibunya mengalami kekurangan asam sulfat, ada infeksi rahim, atau gangguan dalam istilah kesehatan lainnya. Tapi keadaan serba kekurangan, ditambah beban hidup yang berat, bisa jadi memengaruhi psikologi dan menjadi alasan mengapa sekian lama si anak terbiar," katanya.

Faridah mengatakan, masyarakat Nunukan memang butuh edukasi dan sosialisasi terhadap fungsi dan peran Dinsos dan P3A.

Selama ini, masyarakat Nunukan khususnya yang tinggal di pedalaman masih awam dengan penyakit langka seperti hidrosefalus.

Mayoritas dari mereka beranggapan bahwa penyakit tersebut akibat roh halus, dan diobati dengan ramuan dedaunan dan pengobatan alternatif/orang pintar.

Hanya saja, meski kadang pemerintah sudah siap untuk melakukan agenda sosialisasi dan edukasi kesehatan, masyarakat justru jarang yang berminat dan tidak datang saat diundang.

"Padahal, masalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) cukup penting. Mereka bisa diberi tahu bagaimana tumbuh kembang anak, apa risiko tidak memeriksakan anak saat hamil. Nah, bisa jadi juga, si ibu tidak pernah peduli keadaan janinnya, sehingga melahirkan anak seperti kasus Aisyah ini," lanjutnya.

Dinsos dan DP3A Nunukan akan melakukan penelusuran lebih jauh, serta pendampingan atas kasus Aisyah.

Bukan hanya terkait kesehatan si bayi, melainkan mendalami kejadian sebenarnya dari asal muasal mengapa sampai terjadi kasus yang kini menjadi sorotan masyarakat di perbatasan RI–Malaysia ini.

"Sementara kita akan berfokus pada masalah kesehatan bayinya dulu. Selanjutnya akan ada tindakan lebih lanjut untuk ibunya dan kondisi yang dialaminya. Kami sangat prihatin atas keadaan ini," kata Faridah.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/12/162319078/kisah-pilu-aisyah-balita-2-tahun-penderita-hidrosefalus-dibiarkan-akibat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke