KOMPAS.com - Dwi Ariesta Wardhana (38) yang berbobot 275 jatuh dari lift di rumahnya di Puri Kartika Asari, Kelurahan Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (7/5/2022). Saat itu Dwi hendak turun karena dipanggil oleh sang ibu yang sedang sakit.
Akibat kejadian tersebut, Dwi mengalami patah tulang betis di kedua kakinya. Tak hanya itu, 17 warga sempat kesulitan saat mengevakusi Dwi.
Bahkan ambulans yang datang juga tak bisa membawa Dwi ke rumah sakit. Warga pun berinisiatif membawa Dwi ke RS Saiful Anwar Malang dengan mobil pikap.
Selain Dwi Ariesta Wardhana, berikut 6 kasus obesitas di Indonesia yang pernah menjadi perhatian publik:
Titi adalah warga Jalan George Obos XXX, Gang Bima, Kota Palangkayara. Namun setelah ditimbang, petugas medis menyebut berat badan Titi adalah 200 kg.
Sedikitnya ada sekitar 20 sukarelawan yang dikerahkan untuk bisa mengangkat Titi ke ruang inap.
Pada Selasa (15/1/2019), Titi menjalani operasi yang memakan waktu sekitar 4 jam dan melibatkan sedikitnya 16 dokter ahli.
Ia pun diperkenankan pulang setelah menjalani perawatan selama tujuh hari.
Saat pulang, tim juga terpaksa menjebol pintu dan jendela rumahnya agar tandu yang membawa Titi bisa masuk.
Baca juga: 5 Fakta Pasca-operasi Titi Wati, Menunggu Operasi Lanjutan hingga Target Turun 20 Kilo Per Bulan
Sementara itu tim medis memantau kesehatan Titi wati dan dalam setiap bulan, target penurunan berat badan Titi Wati adalah 15 kg hingga 20 Kg.
Untuk mencapai target penurunan berat bada, tim medis belum mengizinkan Titi makan nasi. Ia hanya diizinkan mengonsumsi susu khusus sebagai pelengkap kalori dalam tubuh.
Selain susu khusus, Titi Wati juga diberikan makanan ringan lainnya agar kadar kalori dalam tubuh tetap terpenuhi.
Baca juga: 7 Hari Pasca-operasi, Titi Wati Si Wanita Obesitas Dirawat di Rumah
Pada Rabu (30/1/2019), ia dilarikan ke IGD RSUD Karawang karena sesak napas.
Sehari-hari ia tinggal seorang diri di rumahnya. Sementara suaminya bekerja di luar kota dan hanya pulang dalam waktu tertentu.
Narti mengakui jarang melakukan aktivitas dan kerap mengurung diri di dalam rumah. Ia mengaku hanya makan nasi dua kali sehari. Namun ia kerap "ngemil" bakso dan mi.
Baca juga: Lini Masa Sunarti, dari Masuk Rumah Sakit karena Obesitas hingga Meninggal
Pada 31 Januari 2019, Sunarti dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung dan pada 18 Februari, dia menjalani operasi bariatik, yakni tindakan pengecilan lambung.
Dua pertiga lambung Sunarti dipotong sehingga tersisa sepertiga bagian. Operasi itu bertujuan untuk mengurangi volume dan kapasitas jumlah makanan yang dikonsumsi Sunarti. Selain itu, tim dokter juga mengangkat alat sensor lapar yang berada di bagian lambung.
Setelah menjalani perawatan, Sunarti diperkenankan pulang pada 1 Maret 2019.
Pihak rumah sakit mengklaim, saat itu tensi, nadi, respirasi, dan suhu badan Sunarti masuk dalam kategori bagus.
Namun Sunarti menghembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (2/3/2022) sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelum meninggal, ia sempat mengeluh sesak napak. Padahal ia sudah 'berhasil' menurunkan berat badan 15 kg.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Berat Badan Pasien Obesitas Sunarti Turun 15 Kg
Pada Kamis (11/10/2019), tenaga medis dari puskesmas memeriksa kondisi kesehatan Silvia. Obesitas juga membuat Silvia berhenti sekolah saat duduk d bangku kelas IV MI.
Di tidak lagi bersekolah karena malu dengan bobot tubuhnya yang terus bertambah.
“Semua diperiksa, mulai kolesterol, gula darah, asam urat, tekanan darah, semuanya masih dalam tahap normal kata dokternya. Hanya memang seingat saya itu kolesterolnya yang agak sedikit tinggi, dan disuruh periksa lebih lanjut,” kata Musri, ayah Silvia.
Baca juga: Jalani Diet, Bobot Silvia Kini Berangsur Turun Menjadi 170,5 Kg
Ia pun harus menjalani terapi. Tiga bulan kemudian, tepatnya Januari 2019, berat badan Silvia turun menjadi 154 kilogram.
Penurunan berat badan ini setelah yang bersangkutan mengikuti anjuran terapi serta program diet yang diberikan oleh tim medis.
Program diet teratur yang diprogramkan oleh pihak puskesmas setempat cukup membantu Silvia untuk kembali mendapatkan berat badan ideal sesuai usianya.
Baca juga: Jalani Diet, Bobot Silvia Kini Berangsur Turun Menjadi 170,5 Kg
Namun setelah dua tahun, ia berhasil menurunkan berat badan menjadi 85 kilogram.
Pada 2017 lalu, Arya sempat menjalani operasi bariatrik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Setelah operasi, Arya mengaku gampang kenyang dan porsi makannya berkurang drastis.
Ia juga rajin berolahraga disampingi oleh Ade Rai.
Berkat kegigihan Arya dan pendampingan dari orangtua serta bantuan dari banyak pihak, berat badan Arya berangsur turun.
Pada 2019, Arya sudah bisa beraktifitas selayaknya anak-anak pada umurnya. Dia juga mulai sekolah di SMP dan sudah mahir bermain sepak bola, naik motor, hingga berenang.
Baca juga: Kisah Arya Permana Turunkan Berat Badan Hingga 109 Kilogram
Ia sempat mengalami sesak napas dan kejang-kejang. Yudi meninggal setelah sempat sepekan mendapat perawatan di RSUD Karawang.
Kerabatnya, Nadia, mengungkapkan, Yudi bangun sekitar pukul 04.00 WIB dan mengaku kegerahan. Dia kemudian memutuskan untuk mandi. "
Kemudian dia kembali berbaring. Tak lama dia mengeluhkan sesak napas," ucapnya.
Keluarga kemudian mencoba menghubungi dokter. Akan tetapi, Yudi mengalami kejang-kejang dan akhirnya tidak bergerak.
Baca juga: Keinginan Terakhir Pasien Obesitas 310 Kg di Karawang
"Karena panik, saya langsung menghubungi perawat yang jaga. Namun, setelah perawat datang, Yudi sudah tak bergerak," kata Nadia.
Sebelumnya, Yudi mendapat bantuan berobat dari Pemkab Karawang melalui Dinas Kesehatan Karawang.
Berat badannya dalam setahun terus naik dari 110 kg menjadi 310 kg. Namun, karena keterbatasan ekonomi, Yudi mengurungkan niat untuk berobat.
Baca juga: Sesak Napas dan Kejang, Pasien Obesitas 310 Kg Meninggal
Pada awal Juli 2019 lalu, Kompas.com sempat menyambangi Satia salah satu warung di Pantai Tanjungbaru, Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kilo, Kabupaten Karawang.
Orangtua Satia bekerja di salah satu warung yang ada di sepanjang pantai tersebut.
Sang ayah, Sarli bercerita dalam sehari anaknya bisa enam kali makan. Belum termasuk cemilan seperti bakso dan ayam tepung.
Sehari-hari Satia banyak menghabiskan waktu dengan nonton TV di warung makan milik keluarganya. Ia jarang bermain di luar rumah.
Baca juga: Kronologi Meninggalnya Satia, Bocah Obesitas asal Karawang
Sarli menyebut berat badan anak bungsunya naik setelah disunat saat berumur tiga tahun. Kian hari, nafsu makan bocah itu kian naik.
Berdasarkan laporan paramedis puskesmas yang memeriksa, Satia Putra mengalami kegemukan karena pola makan yang berlebihan dan jarang gerak.
Sebelum meninggal, Satia sempat dirawat di puskesmas karena batuk dan sesak nafas. Selain itu berat badannya juga bertambah dari 105 kg menjadi 110 kg.
Terakhir diperiksa kesehatan, Satia menderita asma dan tidak terdeteksi penyakit lain.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Farida Farhan, Kurnia Tarigan, Hamzah Arfah)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.