Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Dela di Tangan 2 Kakak Sepupu dan Kisah Kekerasan yang Menghantui Anak-anak

Kompas.com - 15/04/2022, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Naib tragis dialami D (7), asal Blateran RT 001/002, Desa Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Bocah perempuan tersebut dianiaya hingga tewas oleh dua kakak sepupunya, GSB 924) dan F (18) pada Selasa (12/4/2022) sore.

Kepada polisi, dua pelaku mengaku saat masih kecil kerap dianiaya ayahnya yang bekerja sebagai sipir penjara.

Kasus tersebut terbongkar saat F, sepupu korban meminjam keranda dan alat memandikan jenazah kepada ketua RT setempat, Suraji MS.

Baca juga: Pengakuan Tersangka Aniaya Bocah 7 Tahun di Sukoharjo, Jengkel Korban Suka Ambil Uang Warung

Suraji mengaku curiga karena biasanya jika ada warga yang meninggal dunia, maka ia orag yang pertama tahu. Saat ditanya siapa yang meninggal, F menjawad dengan lirih dan menyebut nama Dila

Warga kemudian mendatangi rumah kakak beradik itu dan menemukan adik sepupu mereka, Dela meninggal dunia.

Saat diperiksa, ditemukan banyak luka lebam di tubuh Dela. Kakak sepupu mengaku jika bocah yang masih duduk di bangku TK itu jatuh dari lantai dua.

Namun warga tak langsung percaya. Apalagi tetangga di sekitar rumah tak mengetahui kejadian Dila jatuh dari lantai dua.

Baca juga: Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas Dianiaya 2 Kakak Sepupu, Pelaku Bahkan Lupa Berapa Kali Dia Menyiksa

Tetangga hanya mengakui jika ada dua kali teriakan anak kecil. Warga pun melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Polisi yang melakukan penyelidikan kemudian menetapkan F da sang kakak, GSB sebagai pelaku yang menewaskan Dela.

 

Pagi sekolah, malam tewas dengan luka

IlustrasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi
Dela adalah siswa di TK Aisyiyah Ngabean 2. Sebelum ditemukan tewas, Dela sudah seminggu tidak masuk sekolah karena sakit.

Namun hari itu, Selasa (12/4/2022) Delaa berangkat sekolah. Rekan sekolahnya, Ky bercerita Dela sekolah dengan mengenakan jilbab karena kepalanya botak.

Selain itu Dela mengenakan sandal dan saat berjalan kaki kanannya diseret.

Kondisi Dela membuat sang kepala sekolah, Rusmiati khawatir. Ia pun memeriksa tubuh Dela yang ternyata penuh dengan luka lebam.

Saat ditanya, Dela mengaku sering dipukul oleh kakak sepupunya.

Baca juga: Pengakuan Pelaku yang Aniaya Bocah 7 Tahun Bikin Warga Geram, Bilang Korban Tewas karena Jatuh

Di hari yang sama, Rusmiati pun memanggil kakak sepupu Dela, F. Di hadapan Rusmiati, F mengakui jika ia kerap memukuli Dela.

"Saya pesan jangan dipukul lagi. Dia masih anak-anak," kata dia.

Hingga akhirnya Rusmiati mendapatkan kabar jika murid kesayangannya itu ditemukan meninggal dunia pada Selasa malam.

Rusmiati bercerita Dela anak yang riang, namun sejak lima bulan terakhir sikapnya berubah setelah sang tante yang mengasuhnya sejak kecil bercerai.

Setelah bercerai sang tante bekerja di Jakarta dan Dela tinggal bersama 3 kakak sepupunya.

Baca juga: Pelaku Dugaan Penganiayaan Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Jadi 2 Orang, Polisi Jerat Keduanya dengan Pasal Berbeda

Ibu kandung masih hidup

Suraji, ketua RT setempat mengungkkan fakta yang mengejutkan. Dela disebut-sebut sebagai anak yatim piatu.

Namun Suraji menyebut jika ayah dan ibu Dela masih hidup. Setelah bercerai, ibu Dela tinggal di Pinrang, Sulawesi Selatan. Sementara sang ayah sudha meninggal dunia karena penyakit jantung

Suraji mengaku sempat menghubungi ibu kandung Dila untuk memberitahu kondisi anaknya.

Ibu kandung Dila hanya menjawab, "Insya Allah pulang," kata Suraji menirukan. Namun beberapa hari setelah kejadian, ibu kandung Dila tak kunjung pulang.

Menurut Suraji, Dila diasuh Kartini dan Haryoto sejak usia 35 hari. Dila diasuh karena Kartini dan suaminya tak memiliki anak perempuan. Namun mereka telah memiliki 3 anak yang semuanya laki-laki.

 

Pelaku mengaku kerap dianiaya sang ayah

Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan menanyai tersangka F dalam konferensi pers kasus dugaan pengianayaan berujung kematian di Mapolres Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan menanyai tersangka F dalam konferensi pers kasus dugaan pengianayaan berujung kematian di Mapolres Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).
Saat konferensi pers di Mapolres Sukoharjo, tersangka GBS membuat pengakuan yang mengejutkan.

Di hadapan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Bugroho, GBS mengaku mendapatkan didikan yang keras dari sang ayah. Ia dan adiknya juga kerap dipukuli oleh sang ayah.

"Ayah saya bekerja sebagai sipir di Jakarta," kata GSB, Rabu (13/4/2022).

Tak hanya ayah, saat menempuh pendidikan di pondok pesantren, ia mengaku kerap mendapatkan kekerasan.

"Saya sama orangtua digitukan (dipukuli), di pondok juga seperti itu," ucapnya.

Baca juga: Kisah Bocah Yatim Piatu Usia 7 Tahun Tewas Dibanting Kakak Sepupu, Dituduh Mencuri dan Sering Dianiaya

"Bapak untuk urusan rumah angkat tangan, nafkah hanya untuk adik saya. Tapi ngasihnya harus ada syaratnya, seperti harus memuji dia dan menghormati dia," ujarnya.

Kondisi ekonomi membuat sang ibu, Kartini harus ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Sementara itu sang ayah tak pernah pulang. GBS mengaku terakhir bertemu sang ayah tahun 2017 saat masih bertugas di Sulawesi.

Ia mengaku hal tersebut membuatnya benci pada sosok ayahnya.

"Pesannya buka mata dan buka hati, hidup di dunia gak akan lama, buat apa main-main perempuan di luar sana," ucapnya.

Baca juga: Polisi Tangkap Terduga Pelaku Penganiayaan yang Buat Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas

Menurutnya, selama sang ibu di rumah, ia tak berani memukul Dila.

"Ibu merantau sejak bulan Februari sebagai ART di Jakarta, saat ada ibu saya cuma jewer dan cubit saja, gak berani mukul. Saya mukul baru bulan-bulan ini saja," ujarnya.

Alasannya tega memukul Dila karena korban dianggap ngeyel dan sering berbohong.

Bahkan, dia menyebut jika korban sering mencuri uang di warung yang ia kelola dengan sang adik.

"Uang itu kan untuk hidup satu rumah, ibu kirim uang kan akhir bulan, saya juga bekerja dan mengurus warung untuk kebutuhan rumah tangga dan keluarga saya," kata dia.

Baca juga: Bocah 7 Tahun di Sukoharjo Tewas, Diduga Dianiaya Kakak Sepupu

"Ditotal uang warung yang diambil sekira Rp 500.000 belum uang lainnya, itu dipakai jajan, padahal kami juga sudah ngasih uang jajan," tambahnya.

Sementara itu Kapolres Sukoharjo mengatakan kedua tersangka kerap menganiaya Dila.

Penganiayaan terakhir terjadi pada Selasa siang. Mereka menendang kedua kaki korban saat berdiri hingga kirban jatuh ke belakang.

Bahkan korban juga dibanting hingga kepala terbentur lantai.

"Setelah itu korban lemas, sempat diberikan makanan dan obat, namun tidak kunjung membaik, sore harinya sempat dibawa ke Runah Sakit, namun di sana dinyatakan sudah meninggal dunia," tambahnya.

Baca juga: Warga Lumajang Dianiaya hingga Lumpuh, Polisi Sudah Kantongi Identitas Pelaku

Sebelumnya korban juga kerap dianiaya dan dipukul dengan tangan dan kaki serta tongkat bambu. Bahkan kedua pelaku pernah mengikat korban dengan tali rafia.

GSB pernah memukul Dela karena korban tidak menurut saat disuruh manghafal Al-quran.

Dia juga memukul korban dengan gagang pel karena korban diturduh mengambil uang dari warung yang dijaga oleh pelaku.

"Pelaku pernah mengikat tangan dan kaki korban dengan tali rafia, kemudian dipukul dengan rotan seblak kasur hingga menangis," ucapnya.

"Pelaku juga pernah menampar pipi korban sebanyak tiga kali hingga berdarah," tambahnya.

Baca juga: Kasus Taruna PIP Semarang Dianiaya hingga Tewas, Terdakwa Mengaku Penganiayaan ke Junior Sudah Tradisi

Ibu asuh pingsan saat jenazah Dila dimakamkan

Kartini, ibu angkat Umairoh Fadilatunnisa atau D (7), bocah yang tewas diduga dianiaya menangis saat jenazah anak angkatnya tersebut akan dimakamkan di Astana Laya Tegalan RT 003/001 Desa Ngabeyan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Kartini, ibu angkat Umairoh Fadilatunnisa atau D (7), bocah yang tewas diduga dianiaya menangis saat jenazah anak angkatnya tersebut akan dimakamkan di Astana Laya Tegalan RT 003/001 Desa Ngabeyan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/4/2022).
Kartini, ibu asuh yang juga tante pulang ke Sukoharjo saat pemakaman Dila padaRabu (13/4/2022).

Ia terlihat memeluk erat jenaah Dila yang hendak diangkat ke liang lahat. Kartini seakan tak percaya, anak yang dia adopsi dari adiknya itu tewas mengenaskan.

Saat proses penguburan, Kartini pun tak kuat lagi, dan pingsan. Bahkan dia harus ditandu, dan dibawa oleh Ambulance Pawartos.

Sementara itu warga sekitar menggelar doa bersama untuk Dila di Balai Desa Ngabeyan pada Rabu (13/4/2022) pukul 21.00 WIB.

Tahlilan itu merupakan inisiasi dari warga di Desa Ngabeyan lantaran ikut terpukul atas kepergian Dila.

Namun menurut Kepala Dusun Nganeyan, Arif Qomarudin, tak ada satu pun keluarga Dula yang datang ke acara tahlilan yang digelar di balai desa.

"Enggak hadir, ini hanya relawan dan warga yang mau hadir dan mendoakan adik Dila," ungkapnya.

Baca juga: Tangis Kartini Pecah Saat Jenazah Anak Angkatnya yang Tewas Dianiaya Dimakamkan

Pandangan psikolog

Ilustrasi kekerasan terhadap perempuanSHUTTERSTOCK Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan
Sementara itu Psikolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Rafika Nur Kusumawati menjelaskan jika pendidikan pola asuh sangat berpengaruh pada coping strategi anak dalam menyelesaikan masalah.

"Cara menyelesaikan masalah akan serupa, apa yang telah diajarkan orangtua ke anak," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2022).

Menurutnya anak akan melakukan apa yang ia lihat dan dilakukan oleh orangtuanya.

Terkait kasus Dila, kedua pelaku mengaku mendapatkan perlakuan keras selama dididik orangtuanya khususnya ayahnya saat tersangka masih kecil.

"Perilaku pola asuh tidak akan bisa serta merta bisa hilang begitu saja, karena sebuah kebiasaan jadi akan susah untuk dihilangkan," paparnya.

Baca juga: Kisah Pilu Bocah Yatim Piatu Tewas Diduga Dianiaya Kakak Sepupu di Kartasura

Rafika menjelaskan, perilaku tersebut tidak hanya dari faktor dari orangtua saja, namun juga dari faktor lingkungan.

Disinggung mengenai adanya faktor broken home yang dialami oleh tersangka lantaran kedua orangtua berpisah, menurutnya juga bisa menjadi pengaruh.

"Jadi luka masa kecil itu juga bisa jadi pemicu juga menjadikan perilaku tersebut," ungkapnya.

Selain itu, usia tersangka F yang masih remaja dinilai juga menjadi faktor emosinya yang masih naik turun saat harus mengasuh adik angkatnya.

"Untuk remaja sendiri masih naik turun, dan dia juga tidak mendapat peran yang baik dari orangtuanya, tidak mendapat dua sosok yang dia butuhkan apalagi untuk remaja," jelasnya.

Baca juga: Atlet Muaythai Berprestasi Nur Fadhillah Diduga Disekap dan Dianiaya Mantan Pelatih

Sehingga untuk penguasaan emosi dan penyelesaian masalah, ia mencontoh perilaku yang diterapkan oleh kepada dirinya.

"Memang strategi penyelesaian masalah yang diambil sesuai dengan ayahnya tapi tidak memikirkan bahwa usai hingga setiap anak punya standar masing-masing," ungkapnya.

"Perlu juga orangtua membentuk merespon suatu permasalahan, membayangkan jika sebab akibat," lanjutnya.

SUMBER:: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani | Editor : Ardi Priyatno Utomo), Tribun Solo, Kompas.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com