Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Suku Kamoro di Mimika, Menghargai Alam hingga Tak Banyak Bicara

Kompas.com - 14/04/2022, 11:42 WIB
Roberthus Yewen,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Meramu di wilayah hak ulayat

Masyarakat Kamoro sejak nenek moyang hingga saat ini memiliki budaya meramu.

Hampir di wilayah pesisir selatan Papua, masyarakatnya dikenal dengan kehidupan dan budaya meramu untuk menyambung hidup sehari-hari.

“Masyarakat Kamoro hidupnya adalah mencari sagu, mencari ikan dan mencari binatang serta meramu apa yang ada di sekitar wilayah adatnya masing-masing,” katanya.

Masyarakat Kamoro tidak sembarangan meramu di wilayah yang bukan hak ulatnya.

Mereka meramu hanya di sekitar wilayah kekuasaan atau yang menjadi haknya masing-masing sesuai dengan pembagian marga yang ada di Kamoro.

“Masyarakat Kamoro tidak sembarang meramu, mereka meramu di lokasi yang menjadi hak ulayatnya. Jika melewati hak ulayatnya klien atau marga yang lain, maka bisa ditegur, bahkan menimbulkan masalah baru,” ucap Likitoo.

Baca juga: Isak Tangis Iringi Pemulangan 18 Jenazah Korban Kecelakaan Maut Pegunungan Arfak ke NTT

Menurut Likitoo, di Papua ada bermacam-macam suku, tetapi di dalamnya terdapat bermacam-macam klien atau marga yang mengendalikan dusun-dusunnya masing-masing.

Begitu pun dengan Suku Kamoro.

“Setiap klien atau marga memiliki batas wilayah adatnya masing-masing-masing, sehingga mereka akan mencari di hak ulayatnya sesuai dengan batas-batas klien atau marga yang ada di Kamoro,” tuturnya.

Likitoo menyatakan, hak ulayat di masing-masing klien atau marga bisa berhektar-hektar, sehingga mereka secara leluasa membangun kehidupannya.

“Masyarakat Kamoro di kampung-kampung masih mempraktikkan budaya dan kebiasaan-kebiasaan dalam meramu,” katanya.

Menurut Leonardus, berubah dan tidaknya kehidupan masyarakat Kamoro sebenarnya tergantung dari sisi pendapatan secara ekonomi.

“Sementara masyarakat kita yang notabene masih tingkat pendidikannya kurang atau memilih untuk ada di kampung, maka kebiasaannya masih tetap meramu seperti itu,” tuturnya.

Baca juga: Mendagri Sebut Pemekaran Wilayah di Papua Akan Mempercepat Pembangunan

Ukiran dan tarian

Masyarakat Kamoro memiliki budaya ukir yang hingga kini masih terus dilestarikan kepada para generasi mereka.

Di kampung-kampung, budaya ukir masih dipertahankan.

Ketrampilan mengukir telah dilakukan oleh masyarakat Kamoro secara turun temurun.

Mereka pandai membuat ukiran di pohon, mulai dari ukiran berbentuk manusia, perahu, ikan dan ukiran-ukiran yang melambangkan kehidupan masyarakat Kamoro sehari-hari.

Patung Mbitoro merupakan salah satu ukiran khas masyarakat Kamoro. Patung ini di ukir oleh masyarakat dan menjadi keunikan serta simbol tersendiri bagi masyarakat Kamoro.

Patung Mbitoro ini dijadikan simbol di kantor pemerintahan, gereja dan tempat-tempat lainnya yang ada di Kabupaten Mimika.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Kabupaten Mimika, Ibu Kota Calon Provinsi Baru Papua Tengah

Apalagi saat ini, kata Likitoo, ukiran yang dihasilkan oleh masyarakat Kamoro sudah menjadi salah satu nilai ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari.

“Budaya ukir di kayu hingga kini masih dilestarikan. Bahkan, dengan mengukir dapat mereka dapat menghidupi kehidupannya sehari-hari secara ekonomi di dalam keluarga,” katanya.

Leonardus mengatakan, ada jenis tarian yang dimainkan hampir setiap klien atau marga di masing-masing kampung.

Namun, ada juga tarian-tarian tradisi dalam pesta-pesta adat yang tidak bisa dimainkan oleh klien atau marga lainnya.

“Ada tarian-tarian adat yang dimiliki oleh klien atau marga tertentu di setiap kampung yang tidak bisa dimainkan oleh marga atau klien lainnya,” katanya.

Baca juga: Mendagri Sebut Pemekaran Wilayah di Papua Akan Mempercepat Pembangunan

Sementara itu, Dominggus menambahkan, ada bermacam-macam tarian yang dimiliki oleh masyarakat Kamoro. Salah satunya Yari Ipuya. Tarian ini biasanya dimainkan untuk penjemputan tamu-tamu kehormatan atau tamu kenegaraan.

Dominggus menyampaikan, Tari Ipuya biasanya dimainkan oleh masyarakat Kamoro untuk menjemput para pejabat, seperti bupati atau para pemimpin daerah lainnya yang datang dari dalam maupun luar Papua ke Mimika.

“Tari Ipuya ini merupakan tarian penjemputan. Tarian ini waktu itu kita mainkan saat menjemput para tamu saat penggelaran PON XX Papua di Kabupaten Mimika,” ungkapnya.

Menurut Dominggus, mereka juga memiliki pakaian adat yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.

“Pakaian adat perempuan disebut Tauri dan Paiti Taa, sedangkan untuk laki-laki disebut Tapena atau Kain Cawat Merah, Atayii atau Bulu Kasuari, Yaomoko, Buluh Burung Cenderawasih, Mbakare, Geing Tangan, Mbakare Mbau Taa atau Punya Laki,” tuturnya.

Baca juga: Mengenal Noken Asli Suku Kamoro Papua, Dibuat dari Kulit Kayu dan Daun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenag Luncurkan Program Senam Haji dan Batik Haji Indonesia di Medan

Kemenag Luncurkan Program Senam Haji dan Batik Haji Indonesia di Medan

Regional
Dimeriahkan Artis Papan Atas, Pemprov Riau Sediakan 150 Stan UMKM Gratis di Gebyar BBI BBWI Riau

Dimeriahkan Artis Papan Atas, Pemprov Riau Sediakan 150 Stan UMKM Gratis di Gebyar BBI BBWI Riau

Regional
Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Duga Pelaku Orang Terdekat

Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Duga Pelaku Orang Terdekat

Regional
'Usai Mayat Majikan Berhasil Dievakuasi, Anjingnya Juga Ikut Mati'

"Usai Mayat Majikan Berhasil Dievakuasi, Anjingnya Juga Ikut Mati"

Regional
Lagi, Seorang Petani di Brebes Tewas Diduga Karena Tabrak Lari

Lagi, Seorang Petani di Brebes Tewas Diduga Karena Tabrak Lari

Regional
4.500 Kader Semarakkan Jambore PKK Tingkat Kota Pekanbaru, Tampilkan Inovasi Kartini Masa Kini

4.500 Kader Semarakkan Jambore PKK Tingkat Kota Pekanbaru, Tampilkan Inovasi Kartini Masa Kini

Regional
Dua Truk Tabrakan di Jalan Lintas Sumatera akibat Jalan Berlubang

Dua Truk Tabrakan di Jalan Lintas Sumatera akibat Jalan Berlubang

Regional
9 Wisatawan di Gunungkidul Tersengat Ubur-ubur yang Mendadak Muncul

9 Wisatawan di Gunungkidul Tersengat Ubur-ubur yang Mendadak Muncul

Regional
Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Mengenal NBDI, Madrasah Peradaban Perempuan Hebat Sasak

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Mobil Angkutan Terguling di Tanjakan Maluku Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com