Untuk bangunan masjid masih terjaga keaslinya, mulai dari serambi dan bagian utama untuk shalat. Cagak atau tiang masjid juga masih asli dan ada 12 tiang.
"Yang jelas pintu masjid, bermakna Iman Islam Iksan. Pintu berjumlah lima mengartikan rukun Islam. Tiang masjid berjumlah 12 ini, tapi makna secara detailnya kami masih mencari-cari literatur. Karena memang sangat minim catatan sejarahnya," kata dia.
Untuk proses perawatan, Cherik mengatakan, pihaknya selalu berkonsultasi dengan Keraton Solo.
"Kami selalu berkonsultasi untuk membugar yang vital dengan penasehat dari Keraton Solo. Karena tidak bisa mengubah seenaknya sendiri," ujar dia.
Baca juga: Antisipasi Permasalahan Pembayaran THR, Pemkot Solo Buka Posko Aduan
Selain berdirinya bangunan masjid ini, Kompleks Masjid Laweyan juga berdampingan dengan lingkungan makam Keraton Solo.
"Makam itu, berkaitan dengan masjid ini karena di sana dimakamkan Ki Ageng Henis, dan beberapa kerabat Keraton juga. Akhirnya banyak yang berziarah atau wisata religi," ujar dia.
Aktivitas berziarah atau wisata religi tersebut dibuka secara umum setiap harinya, tidak ada batasan waktu.
"Ada dari Madura, Cilacap dan banyak lagi. Karena memang menjadi rujukan para peziarah ke sini terutama orang-orang yang mengetahui sejarahnya ini," ujar dia.
Cherik berharap, ke depannya Masjid Laweyan semakin dikenal, terjaga dan menajdi rujukan dengan sejarah yang ada di masjid tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.